Sunday, February 21, 2016

Surat Untuk Ayah




Ayah...
Apa kabarmu di sana?
Apakah kau melihatku?
Apakah kau mendengar suaraku anakmu ini saat merindukanmu?
Anakmu yang selalu membuatmu kecewa..
Anakmu yang tak pernah nurut..
Anakmu yang selalu memberontak saat kau nasehati..

Ayah...
Betapa menyesal diriku melukai indahnya hatimu..
Betapa menyesalnya diriku menikam dirimu dengan kata-kata tajamku..
Mungkinkah kau memaafkanku?

Ayah...
Jujur aku sangat rindu dirimu..
Saat aku diantar sekolah olehmu..
Saat aku dirawat ketika sakit..
Saat aku diajarkan banyak hal olehmu..

Kini....

Tak ada lagi senyuman manis itu..
Senyuman yang selalu kau tunjukkan..
Meski dunia pun tak mampu memberimu senyuman...

Ayah...
Andai aku bisa kembali ke masa lalu..
Aku ingin merekam semua tentang keindahanmu..
Aku ingin menghabiskan seluruh waktuku untukmu..

Namun....

Aku tak ingin menyalahkan takdir..
Aku pun ingin melihat kau bahagia..
Terbebas dari panasnya matahari saat kau mencarikanku nafkah..
Terbebas dari kejamnya dunia, dan..
Terbebas dari aku, anakmu yang tak bisa kau andalkan..

Ayah...
Meski sekarang kita tidak di dunia yang sama,
Aku tahu kau pasti melihatku..
Melihat aku yang berusaha dan belajar menjadi baik agar kau tak kecewa lagi..

Ayah...
Melalui tulisan ini aku sampaikan salam rinduku dari lubuk hatiku yang terdalam..
Salam yang selalu aku haturkan setiap usai sholat..
Salam yang tak akan pernah berujung..
Mungkin suatu saat nanti akan ku coba untuk buktikan padamu,
Aku mampu menjadi apa yang kau inginkan..
Akan aku kirimkan doa terindah untukmu..
Semoga kebahagiaan selalu diberikan Allah untukmu..

Ayah...
Aku yakin Allah sangat menyayangimu..
Aku yakin kita nanti bisa berkumpul seperti dahulu..
Bercanda, bermain, dan tertawa lepas yang amat sangat aku rindukan..

Ayah...
Tenanglah kau disana..
Tenanglah dengan semua senyumanmu..
Aku akan berbakti padamu,
Meski kau tak di sini, di sampingku lagi..
Tulisan ini mewakili seluruh rindu dan perasaanku padamu..

Ayah...
Aku merindukanmu..

MAP 21/02/2016

Monday, October 5, 2015

Masih Adakah Pelangi Untukku?

Masih Adakah Pelangi Untukku?


Kebahagiaanku lenyap ditelan bulat-bulat oleh awan hitam
Kesedihanku diiringi irama hujan
Pupil mata mengecil di silau kilat menggeram pamer kekuatan
Badai pun tak memberi segenggam harap untuk menyinari gelap dihatiku

Semua terpecah berantakan isi hatiku yang membeku
Hanya ada fatamorgana yang memberikan senyum lalu menenggelamkan pada air keruh berlumpur
Pada pintu mana lagi kunci hati ku tautkan?
Dalam bimbang ku diam terpatung tak berdaya

Laksana berdiri diatas perahu lapuk
Aku terkucil dari orkestra kehidupan yang membahana
Masih adakah pelangi untukku yang memberikan warnanya?
Ataukah hanya ada badai berdiri dengan kesombongan dan kehancuran

#TulisanSeribuTangan

Monday, September 28, 2015

Bangku Taman

BANGKU TAMAN


Ku duduk dibangku taman yang terdiam
Sepi...mungkin karena masih pagi
Bau tanah lembab di iringi rerumputan hijau
Bercahayakan embun seperti murni mutiara

Ku hela nafas panjang
Hmmm...bersihnya udara ini
Membersihkan jiwaku nan terserak

Bagiku bangku taman cuma satu-satunya teman
Ku bercerita di tiap bait kata-kata
Tak marah, tak pula mengeluh

Masih disini dan tetap disini
Ku menunggu jawaban dari ceritaku
Yang terlontar dari mulut yang bercampur liur

Hai bangku taman...
Kenapa kau masih terdiam sunyi?
Apa karena ini masih pagi
Sehingga tanpa kata

#TulisanSeribuTangan