Monday, October 5, 2015

Masih Adakah Pelangi Untukku?

Masih Adakah Pelangi Untukku?


Kebahagiaanku lenyap ditelan bulat-bulat oleh awan hitam
Kesedihanku diiringi irama hujan
Pupil mata mengecil di silau kilat menggeram pamer kekuatan
Badai pun tak memberi segenggam harap untuk menyinari gelap dihatiku

Semua terpecah berantakan isi hatiku yang membeku
Hanya ada fatamorgana yang memberikan senyum lalu menenggelamkan pada air keruh berlumpur
Pada pintu mana lagi kunci hati ku tautkan?
Dalam bimbang ku diam terpatung tak berdaya

Laksana berdiri diatas perahu lapuk
Aku terkucil dari orkestra kehidupan yang membahana
Masih adakah pelangi untukku yang memberikan warnanya?
Ataukah hanya ada badai berdiri dengan kesombongan dan kehancuran

#TulisanSeribuTangan

Monday, September 28, 2015

Bangku Taman

BANGKU TAMAN


Ku duduk dibangku taman yang terdiam
Sepi...mungkin karena masih pagi
Bau tanah lembab di iringi rerumputan hijau
Bercahayakan embun seperti murni mutiara

Ku hela nafas panjang
Hmmm...bersihnya udara ini
Membersihkan jiwaku nan terserak

Bagiku bangku taman cuma satu-satunya teman
Ku bercerita di tiap bait kata-kata
Tak marah, tak pula mengeluh

Masih disini dan tetap disini
Ku menunggu jawaban dari ceritaku
Yang terlontar dari mulut yang bercampur liur

Hai bangku taman...
Kenapa kau masih terdiam sunyi?
Apa karena ini masih pagi
Sehingga tanpa kata

#TulisanSeribuTangan

Thursday, September 24, 2015

ILUSI

ILUSI

Warna-warnamu teramat pudar
Untuk bisa ditorehkan pada kanvas nan bening
Keberadaan mu di mana
Dalam posisiku yang mematung membisu
Yang seakan kehilangan selera tuk menggerakan irama

Mari...bantu aku tuk menghias kanvas ini agar tak kering kerontang
Kaki ku semakin lemah untuk tetap tegak dan bergerak
Namun kau masih bungkam
Mencemooh dengan bibirmu yang tajam

Ku pejamkan kedua mataku dalam hitam
Agar bayang-bayangmu dapat ku tarik
Dan kulempar ke dunia ingatan
Tetapi kau masih saja timbul dan tenggelam

Baiklah...Ku pajang lagi wajahmu di atas mega yang merindu
Kalau itu memang yang kau mau
Dan bantulah aku wujudkan kembali wajahmu secara utuh

Sebab...Ku tak ingin kehilangan semua jejak
Tentang sosokmu yang pernah bermain-main dalam mimpiku
Yang belum usai ku susun

#TulisanSeribuTangan


Wednesday, September 23, 2015

Jeritan Lapar

JERITAN LAPAR

Seperti apalah diriku ini?
Jalani hidup sebatang kara
Meniti waktu dalam lorong gelap
Sepanjang waktu dihantui gelisah
Disaat lapar meremas perut yang kosong

Betapa hinanya ada aku
Sepanjang awal dan akhir waktu memburu kenyang
Memungut sisa dari yang tersisa

Jeritan di dalam hati
Cuma diam yang selalu redakan air mata
Terasa pedih mencapai sempurna
Penuh luka
Penuh derita
Seperti pelengkap gelap di dalam terang
Hidup di jalan seperti sampah

Kala airmata berujung lemah
Kala mata basah sampai tertutup
Dengan hitam kaki telanjang
Melawan deru diatas kerikil tajam
Sebelum menyerah lalu mati

Aku berlalu tertiup angin
Dihujani terik mentari yang menggelora
Dimana badai mengancam nyawa

*

Ya Allah...
Kalau ada tangan yang mengulurkan kenyang dari perut nasi hingga enyah lapar ini
Kau lah tangan itu

Ya Allah...
Kalau ada kenyang yang menyelimuti nasi hingga bergerak tangan ini membukanya
Kau lah gerakan itu

Ya Allah...
Kalau ada nasi yang mengidupkan kembali jiwa lapar hingga bangkit kekuatan tangan ini
Kau lah kekuatan itu...

Ya Allah...
Kalau ada lapar yang bergerak menggeliat merebut nasi untuk sekedar kenyang hingga tergoncang seluruh bumi
Kau lah yang ada di airmata ini

#TulisanSeribuTangan




Tuesday, September 22, 2015

Pusara Tak Bernisan

PUSARA TAK BERNISAN

Dikandung kata
Makna Menggeliat
Dilema terukir pada dinding langit
Lalu ku lukis kisah pada cerobong asap
Yang memadamkan kemesraannya pada api dan kayu yang terbakar

Jiwaku gundah pada kumpulan-kumpulan puisi yang telah usang dan berdebu
Pada lembaran kertas yang memudar tercoret arang hitam

Puisiku tak lagi memiliki makna
Bagai daun kering yang berguguran dan membusuk

Akan ku kubur setiap bait aksara yang sudah tercipta dari angan imajiku
Lalu kutaburkan bunga-bunga pelangi di atas jasad puisi yang membusuk
Dan menjadi kenangan dalam angan.

#TulisanSeribuTangan