Monday, March 31, 2014

Anak Kecil dan Polisi Tidur



     Bangun pagi dan pergi ke kantor adalah kegiatan rutinitas yang cukup membosankan. Namun daripada membuang-buang waktu, biasanya saya menggunakannya untuk memikirkan banyak hal yang biasanya membuat saya sampai ke kantor saya tanpa terasa lama.
     Ada hal yang unik di pagi ini yang membuat saya tidak bisa berhenti berpikir. Pagi ini saya melewati jalan yang sudah biasa saya lewati untuk menuju tempat kerja. Di sana ada seorang anak kecil sedang belajar sepeda, dan ketika melewati polisi tidur yang ada di depannya… dia terjatuh. Dia langsung berusaha secepat mungkin berdiri lagi tanpa menunjukkan tanda-tanda kesakitan sekalipun terbentur jalan aspal yang tajam, lalu segera membenarkan posisi sepeda kecilnya.

     “Wow!” saya tidak sadar mengeluarkan kata itu, lalu meminggirkan sepeda motor berpura-pura menunggu orang hanya agar bisa terus memperhatikan anak ini. Ia mendorong sepedanya melewati polisi tidur itu lalu berbalik arah untuk kembali menantang polisi tidur yang tadi ‘mengalahkannya.' Sang anak mengayuh sepedanya dengan mantap. Kali ini dia berhasil melewatinya, namun sedikit kurang stabil dan hampir terjatuh sekalipun masih bisa ditahan oleh kakinya sendiri.

     Tak lama kemudian seorang kakak perempuan menghampirinya. Sang anak meminta kakaknya untuk mengajarkan cara terbaik untuk mengayuh melewati polisi tidur. Setelah itu, saya melanjutkan perjalanan ke kantor sembari berpikir. Kata-kata pertama yang melintas di pikiran saya adalah, “Anak kecil tadi lebih hebat dari kebanyakan orang besar.” Saya sengaja menggunakan kata ‘orang besar’, seperti yang akan saya jelaskan di belakang nanti. Kebanyakan orang besar berusaha menjauhi rintangan yang ada dengan melalui jalan lain. Sama seperti yang saya lakukan beberapa hari yang lalu. Saya melewati sebuah jalan yang memiliki beberapa tanjakan ataupun polisi tidur. Rasanya kurang menyenangkan, ditambah dengan perut terasa seperti diacak-acak dan tangan yang pegal karena harus mengontrol gas dan rem bergantian setiap detiknya.

     Setiap kali lewat di sana, saya berpikir “Bagaimana caranya untuk melewati jalan ini dan sampai di tujuan saya, namun saya tidak perlu mengalami perasaan tidak enak yang ada tadi setelah tanjakan pertama?” Otak saya segera menjawab, ”Silahkan menunggu keajaiban!” Tapi keajaiban seperti itu tidak akan datang.

     Lupakan khayalan dan harapan Anda yang terlalu mengada-ada. Cara terbaik dan tercepat untuk menghadapi sebuah masalah adalah maju dan lalui rintangan itu, sama seperti sang anak kecil dengan sepedanya yang berani menantang kembali rintangan yang sebelumnya berhasil menjatuhkan dirinya. Kebanyakan orang besar atau tua tidak mau mengakui bahwa kegagalan yang ada atau terjadi berasal dari dalam diri sendiri. Mereka mencari kambing hitam untuk disalahkan. Misalnya ketika terjatuh seperti anak kecil tadi, mereka akan mengeluh, “Kenapa sih polisi tidur ini harus ada di sini?”, “Kenapa kamu harus lewat di jalan ini sehingga kamu tertabrak oleh saya?”, “Kenapa dia harus sukanya sama orang yang sifatnya berbeda sama saya, itu salah dia!”

     Orang yang seperti itu akan sulit melihat ke dalam dirinya. Mereka cenderung melihat ke arah luar dan menyalahkan segala sesuatu.





Sumber : Di sini

Musisi Malam



Mega menari dilangit hitam.
Sang musisi malam sudah bersiap.
Bersiap menghibur sunyinya hitam.
Padahal sudah sedikit kehidupan.

Iyah.. Kau sang pembuat nyanyian malam.
Kau tak dibayar, tak juga meminta bayaran.
Tiada pula ada mendengarmu.

Tidak lelah kah engkau?
Setiap malam harus bernyanyi di bawah hitam.
Dengan alunan musik alami mu.
Dan insting mu.

Iyah.. Kau sang musisi malam.
Terima kasih untuk hiburan mu.
Dan alunan nada yang kau beri untuk dunia tanpa suara ini.

Sunday, March 30, 2014

Aku Ingin Bersama Selamanya





Ketika tunas ini tumbuh, serupa tubuh yang mengakar.
Setiap nafas yang terhembus adalah kata.
Angan, debur, dan emosi bersatu dalam jubah berpautan.
Tangan kita terikat, Lidah kita menyatu.
Maka setiap apa yang terucap adalah sabda pendita ratu.
Hahhh... Di luar itu pasir. Di luar itu debu.
Hanya angin meniupnya saja lalu terbang hilang tak ada sisa.
Tapi kita tetap menari, menari cuma kita yang tahu.
Jiwa ini hanya tandu. Maka duduk saja.
Maka akan kita bawa... Semua.
Karena kita adalah satu.

Prasangka Buruk




     Di sebuah negeri zaman dulu kala,  seorang pelayan raja tampak gelisah. Ia bingung kenapa raja tidak pernah adil terhadap dirinya. Hampir tiap hari, secara bergantian, pelayan-pelayan lain dapat hadiah. Mulai dari cincin, kalung, uang emas, hingga perabot antik. Sementara dirinya tidak.

     Hanya dalam beberapa bulan, hampir semua pelayan berubah kaya. Ada yang mulai membiasakan diri berpakaian sutera. Ada yang memakai cincin di dua jari manis, kiri dan kanan. Dan, hampir tak seorang pun yang datang ke istana dengan berjalan kaki seperti dulu. Semuanya datang dengan kendaraan. Mulai dari berkuda, hingga dilengkapi dengan kereta dan kusirnya.

     Ada perubahan lain. Para pelayan yang sebelumnya betah berlama-lama di istana, mulai pulang cepat. Begitu pun dengan kedatangan yang tidak sepagi dulu. Tampaknya, mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing.

     Cuma satu pelayan yang masih miskin. Anehnya, tak ada penjelasan sedikit pun dari raja. Kenapa beliau begitu tega, justru kepada pelayannya yang paling setia. Kalau yang lain mulai enggan mencuci baju dalam raja, si pelayan miskin ini selalu bisa.

     Hingga suatu hari, kegelisahannya tak lagi terbendung. "Rajaku yang terhormat!" ucapnya sambil bersimpuh. Sang raja pun mulai memperhatikan. "Saya mau undur diri dari pekerjaan ini," sambungnya tanpa ragu. Tapi, ia tak berani menatap wajah sang raja. Ia mengira, sang raja akan mencacinya, memarahinya, bahkan menghukumnya. Lama ia tunggu.

     "Kenapa kamu ingin undur diri, pelayanku?" ucap sang raja kemudian. Si pelayan miskin itu diam. Tapi, ia harus bertarung melawan takutnya. Kapan lagi ia bisa mengeluarkan isi hati yang sudah tak lagi terbendung. "Maafkan saya, raja. Menurut saya, raja sudah tidak adil!" jelas si pelayan, lepas. Dan ia pun pasrah menanti titah baginda raja. Ia yakin, raja akan membunuhnya.

     Lama ia menunggu. Tapi, tak sepatah kata pun keluar dari mulut raja. Pelan, si pelayan miskin ini memberanikan diri untuk mendongak. Dan ia pun terkejut. Ternyata, sang raja menangis. Air matanya menitik.

     Beberapa hari setelah itu, raja dikabarkan wafat. Seorang kurir istana menyampaikan sepucuk surat ke sang pelayan miskin. Dengan penasaran, ia mulai membaca, "Aku sayang kamu, pelayanku. Aku hanya ingin selalu dekat denganmu. Aku tak ingin ada penghalang antara kita. Tapi, kalau kau terjemahkan cintaku dalam bentuk benda, kuserahkan separuh istanaku untukmu. Ambillah. Itulah wujud sebagian kecil sayangku atas kesetiaan dan ketaatanmu."

***

     Betapa hidup itu memberikan warna-warni yang beraneka ragam. Ada susah, ada senang. Ada tawa, ada tangis. Ada suasana mudah. Dan, tak jarang sulit.

     Sayangnya, tak semua hamba-hamba Yang Maha Diraja bisa meluruskan sangka. Ada kegundahan di situ. Kenapa kesetiaan yang selama ini tercurah, siang dan malam, tak pernah membuahkan bahagia? Kenapa yang setia dan taat pada Raja, tak dapat apa pun? Sementara yang main-main bisa begitu kaya?

     Karena itu, kenapa tidak kita coba untuk sesekali melihat-Nya. Pandangi cinta-Nya dalam keharmonisan alam raya yang tak pernah jenuh melayani hidup manusia, menghantarkan si pelayan setia kepada hidup yang kelak lebih bahagia.

     Lihatlah, insya Allah, kita akan mendapati jawaban kalau Allah begitu sayang pada kita.

Saturday, March 29, 2014

Renungan Bagi Yang Sibuk Berkarir.




    {[Anak merupakan titipan ilahi dan sekaligus amanah dari Sang Maha Pencipta, tetapi karena kesibukan kita mencari nafkah untuk keluarga sehari-hari sampai-sampai kita tidak dapat menyediakan sedikit waktu untuk sekedar memperhatikan hak seorang anak untuk mendapatkan perhatian, kasih sayang dari seorang ayah atau ibunya. Mungkin dari kisah nyata berikut ini dapat kita ambil hikmah yang dapat kita ambil dan sebagai cermin bagi kita semua.

     Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

     "Kok, belum tidur ?" sapa Rudi sambil mencium anaknya.

     Biasanya Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

     Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"

     "Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"

     "Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Imron singkat.

     "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"


     Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya. "Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.

     "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Rudi
     Tetapi Imron tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"

     "Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".

     "Tapi Papa......."

     Kesabaran Rudi pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

     Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.

     Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Imron. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Rudi.

     "Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".

     "Iya, iya, tapi buat apa ?" tanya Rudi lembut.

     "Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja... Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp. 15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000,- makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Imron polos.

     Rudi pun terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.]}




Sumber : Di sini

Siapa Laki-laki Itu?



     Apa kabarmu disana nak?

     Dikota yang berjarak dua jam perjalanan dari sini, apa kau masih mengingat orang tua renta ini? Yang setiap saat tak henti mendoakan segala yang terbaik untukmu.

     Ah.. ayah ingat ketika siang itu, sebelum berangkat kekota, dengan wajah malu-malu kau bercerita tentang niat seorang laki-laki untuk meminangmu. Kau tahu nak... Sudah lama ayah bersiap untuk menanti kabar ini, kabar tentang seorang yang akan membawamu pergi jauh dari ayah. Kabar tentang laki-laki yang meminta pengalihan tanggung jawab dari ayah.. Sungguh sudah lama ayah mempersiapkan diri. Tapi tetap saja siang itu ayah terkejut, meski mungkin tidak begitu terlihat diwajah ayah.

     Siapa dia nak? Siapa laki-laki yang berani memintamu dari ayah? Bawa dia kesini... biar ayah lihat dulu, seberapa mampu dia meyakinkan ayah bahwa dia akan memperlakukan dan menjagamu tidak kurang dari ayah. Bawa dia kesini nak... biar ayah nilai dulu, seberapa tulus dia menyayangi dan membimbingmu tidak kurang dari ayah. Ayo bawa dia kesini... biar ayah pertimbangkan dulu, seberapa baik agamanya, seberapa besar tanggung jawabnya, dan seberapa sabar dia menghadapi putri kecil ayah.


     Nak... Ayah tahu siang itu akan datang, siang yang mengharuskan ayah untuk menyadari bahwa putri kecil ayah akan segera menggenapkan setengah agamanya, dengan bakti pada dia yang belum ayah kenali. Padahal dimata ayah, kamu masih gadis kecil yang beberapa waktu lalu merengek minta dibelikan benang untuk layangan, sebab teman-teman seusiamu yang rata-rata laki-laki sudah punya benang yang panjang untuk layangan mereka. Rasanya kamu masih gadis kecil ayah yang mengadu dengan mata berkaca-kaca bahwa benang layangannya telah kusut, yang terkantuk-kantuk menunggui ayah memperbaikinya agar bisa bermain lagi esok paginya. Yang dulu melempar sepatunya kelaut sebagai alasan meminta ayah mengizinkanmu bermain air. Yang dulu membongkar tas ayah, mencari receh untuk celengan ayammu diatas lemari.

     Dan kemarin, ketika dengan izin ayah, kau pergi berkenalan dengan keluarga besarnya. Kembali ayah harus segera menyadari bahwa binar yang kau bawa pulang itu tidak biasa, binar yang belum pernah ayah lihat ketika dengan antusias kau bercerita. Sebenarnya nak, ayah cemburu. Ayah mencemburui dia yang tiba-tiba datang tapi sudah mampu menghadirkan getar-getar rasa yang terlihat dirona wajahmu. Tapi percayalah nak, kecemburuan itu segera ayah tepis, ayah usir dengan keyakinan bahwa posisi ayah dan posisinya itu tidak disatu tempat. Bahwa warna cinta untuk ayah tidak sama dengan warna cinta untuknya. Ayah tidak salah, bukan?

     Sedikit pesan ayah... setelah nanti kau ayah serahkan dengan disaksikan oleh para malaikat. Jadilah pendamping yang patuh nak, yang senantiasa bersyukur dan berterimakasih, yang menjaga diri dan hartanya, yang tidak mudah menuduh dan menyakiti hatinya, yang menyimpan rahasia dan menutupi aibnya. Sebab tidak mudah untuk menjadi seorang suami, tidak mudah untuk menjadi orang yang bertanggung jawab penuh terhadap orang lain, yang harus menjaga dirinya dan ahlinya dari api neraka. Jadi sekali lagi nak... jangan bebani dia, tapi bantulah dia sesuai peran yang kau punya.






Sumber : Di Sini

Friday, March 28, 2014

Dijamin Ngakak: Orang-Orang Ini Bikin Kostum Cosplay Paling Kreatif

Boleh dapet dari tetangga sebelah.. :p Lumayan buat bikin ketawa-ketawa sedikit.. hihihi... 

Dijamin Ngakak: Orang-Orang Ini Bikin Kostum Cosplay Paling Kreatif

Anda pasti sudah tidak asing dengan yang namanya cosplay. Beberapa orang berikut ini sangat kreatif membuat kostum cosplay yang sangat low budget. Kostum-kostum yang mereka buat ini bahkan bakal mengundang tawa


Yang satu ini maunya meniru shark alias ikan hiu.

Niatnya mau jadi ratu yang jahat sih.


Kalau yang ini coba tebak siapa? Yang pasti salah satu toko di film Pirates of Carribean.


Udah mirip patung Liberty yang asli belum sih?


Niatnya mau bikin kacamata laser. Eh, kok jadi sosis ya?



Berpelukaaaaaaaaaan..... Pasti masih ingat sama Telletubbies kan?


Kreatif super nih, rambut pirang bisa dibuat dari pisang.


Kucing di kartun Pokemon ini malah jadi lebih cute dan gak jahat ya...


Saint Seiya... Mirip nggak sih?


Yang ini cosplay film terbaru dari Disney Frozen.


Picollonya kok kurang kekar ya...


Yang ini Vegan dari Street Fighter.


Wolverine jadi nggak garang sama sekali.


Batman atau Catman?


Yang satu ini maunya meniru si pelantun tembang 22, Taylor Swift.


Entah karena saking kreatifnya atau gimana tapi yang jelas ini suatu hal yang jauh dari ide kreatif kita. Keep Creative ! haha..

Shared by : Yohanna Fransisca
Sumber : Di Sini

Thursday, March 27, 2014

( Story ) Sudah Terlambat Untukku


Gambar ilustrasi


Ini kisah dari seseorang yang sayangnya ga mau ditaro sumbernya nih.. >_<
Tapi yasudahlah, Silahkan membaca all.. ^_^ enjoy


     "[[ Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding kita tidak pernah menyadari perasaan seseorang yang selalu ada buat kita, tetapi dia yang selama ini selalu ada untuk kita sudah pergi selamanya. Dia pergi tanpa kita tahu dan sadar bahwa selama ini dia berjuang dan tulus menyayangi kita.

     Panggil saja namaku Puput, aku berusia 25 tahun saat kisah ini terjadi. Kisah ku mungkin klise, dan terlihat biasa saja, sama seperti orang-orang kebanyakan. Saling suka, mendapat pernyataan cinta, dan akhirnya pacaran.

     Berawal pada saat aku SMA duduk di kelas 3, ada seorang cowo teman sekelas ku waktu itu, dia namanya Andy. Dia memang terlihat suka dengan ku, tapi tak aku hiraukan, secara aku sudah punya pacar pada saat itu. Sampai akhirnya kami pun bertengkar, karena aku pun tidak suka dan risih dengan perkataannya dan sikapnya. Lama kami tak bicara, dan hanya bertemu didalam kelas saja, tapi dia lebih sering diam setelah kejadian itu, padahal aku pun sudah memaafkan dia dan melupakan pertengkaran itu.

     Akhirnya aku pun lulus SMA. Dan aku pun memutuskan untuk melanjutkan kuliah S1. Tak disangka-sangka, ternyata Andy satu kampus dengan ku. Aku coba tuk memulai percakapan sama dia, karena aku ngerasa ga enak juga, klo kita awalnya berteman tetapi berakhir dengan diam satu sama lain.

     Setiap hari kita bertemu dan komunikasi, entah kenapa aku juga mulai nyaman sama Andy, sampai akhirnya dia menanyakan tentang pacarku sewaktu SMA dan aku pun mengatakan sejujurnya kalau aku sudah tidak mempunyai pacar lagi. Setelah aku menjawab pertanyaaan dari dia, aku sangat terkejut karena Andy menyatakan cintanya. Kami pun akhirnya berpacaran.

     Hubungan kita awalnya pun berjalan baik-baik saja, sesekali kita bertengkar tapi tidak lama kita pun baikan lagi. Seiring waktu hubungan kita berjalan, entah kenapa aku merasa jenuh dan bosan dengan hubungin ini. Kucoba tuk bertahan, sabar dengan hubungan ini, tetapi dia kelihatan monoton, bgitu-bgitu saja, seperti tidak ada kemajuan, perubahan, ataupun keseriusan darinya untuk ku.

     Disaat kegalauan aku dalam hubungan sama Andy, ku mengenal seorang pria, namanya Tyo. Dia orangnya baik banget, terlihat lebih serius dan tidak monoton seperti Andy. Komunikasi aku dengan Andy mulai berkurang dan lebih sering komunikasi dengan Tyo. Sejak saat itu pun aku sama Andy lebih sering bertengkar karena masalah-masalah sepele. Aku jenuh dan aku juga lelah kalau harus berhubungan seperti ini terus dengan Andy. Lagi pula aku pun sedang dekat dengan Tyo yang menurut aku pada saat itu lebih baik dari Andy.

     Hubungan aku dengan Andy pun berakhir. Aku sudah capek dengan Andy, sikapnya tidak ada sedikitpun perubahan. Akhirnya dengan ego aku saat itu, akhirnya aku memilih Tyo dan meninggalkan Andy.

     Lama aku tidak bertemu dengan Andy, bahkan kami pun tidak komunikasi. Kadang aku rindu.. Rindu akan canda dan gelak tawa Andy. Tapi aku sudah bersama Tyo sekarang. Aku juga harus menghargai perasaan Tyo. Tapi hati ku terasa sangat hancur, disaat aku akhirnya harus mendengar kabar bahwa Andy kecelakaan. Dia pun harus dirawat dirumah sakit, tetapi takdir berkata lain, dan pada akhirnya dia harus pergi untuk selama-lamanya.


     Duniaku serasa hancur. Setiap inchi tubuhku menjerit akan kepergiannya. Aku bahkan tidak bisa lagi merasakan sakitnya hatiku, seolah ada bagian tubuhku yang hilang. 


     Aku selalu hadir dalam setiap acara doa yang dilakukan keluarganya setiap malam. Di duka yang sangat teramat dalam, Ibu Andy memintaku untuk menemaninya sampai akhir acara doa. Setelah para tamu pulang, aku diajak ke kamarnya Andy. Beliau pun sempat tersenyum, walau aku tahu ada duka mendalam dibalik senyumnya itu.

     Beliau menceritakan sesuatu yang aku tidak ketahui sebelumnya. "Andy pernah bercerita kepada ibu, bahwa dia seneng telah bisa berhubungan dengan Puput. Dia pun ingin bisa menjadi yang terakhir buat Puput". Detik demi detik berlalu, aku mendengarkan pernyataan beliau bahwa putranya memendam rahasia. Ternyata selama ini, Andy selalu berjuang dan berusaha untuk serius dan bisa menikahi aku, bahkan selama ini dia selalu menyisihkan uang hasil kerja sambilan dia untuk nanti bisa melamar aku.

     "Memang Andy sengaja merahasiakannya sama kamu Put. Cuma sama ibu dia mau cerita. Dia ngga mau ngumbar-ngumbar lebih dulu usaha dia, sebelum benar-benar bisa dia lakukan hal itu" lanjut ibu Andy dengan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya. Aku pun tidak bisa menahan air mataku. Aku menangis dalam pelukan Ibunya Andy. Aku menangis hingga dadaku serasa ingin meledak

Aku menyesal dan sangat menyesal.

     Aku tidak sempat memohon maaf kepadanya karena sudah menyakiti perasaannya. Hingga detik ini, penyesalan itu masih ada. Apakah kau mendengar setiap doa-doa ku setiap malam, Andy?


Aku merindukanmu...

+++++++++++++++++++++++++++

     Janganlah kedepankan rasa ego kalian, karena Allah murka dengan egomu, sehingga iblis dan setan pun dengan senang hati menyelimuti hatimu dan membuat egomu menjauhkan jodoh kalian sendiri. Dan semua penyesalan itu akan selalu datang terlambat.
     Jemputlah jodohmu, sebab jodohmu itu adalah rezekimu, namun rezekimu bukan merupakan jodoh. Hidup ini indah apabila kita saling mencintai, dan kunci kebahagiaan yang hakiki adalah munculnya naluri kejujuran dari setiap insan.
     Semoga kisah aku ini, bisa jadi inspirasi buat kalian semua. ]]"



Terima kasih banyak buat yang punya kisah udah mau share disini..
Sayangnya sih, ga boleh dikasih sumbernya sama yang punya kisah... >_<
Tapi ga pa2..
Pokoknya makasih buanyak yah buat kisahnya..  ^_^
   

Hirup dan Rasakan


     Andai saja sangsaka berdiri tegak dan kokoh mencengkram angkasa lalu merobek mega-mega di atas langit sana hingga menelanjangi tata surya di pelupuk mata kita.

     Rasakanlah...

     Rasakanlah tamparan diwajahmu itu denan rasa syukur, bahwa sejujurnya tuhan pun mengajarkan pekerti.

     Seperti jutaan cahaya yang Ia biarkan bebas menari menciptakan gugusan-gugusan indah.

     Utara, Selatan, Barat, dan Timur.
     
     Tanpa saling bertabrakan diantara mereka, dan tanpa saling mengusahakan kehancuran. Karena setiap makhluk berhak akan seperti apa ia merangkai langkah untuk mencari kebebasan semesta tanpa mereka harus dikerdilkan oleh hukum-hukum individualis dan tafsir-tafsir yang dipelintir dengan mencontek kalimat-kalimat sakral.

     Hingga menjadi sebuah nyanyian nina bobo yang hanya indah dalam mimpi, ketika si dia terlelap...

     Hiruplah...

     Hiruplah kebebasan itu sahabat-sahabatku.. Seperti petikan udara yang mengisi dalam paru-paru mu.






MAP 270314     

Wednesday, March 26, 2014

Tak Usah Kita Berpuisi Lagi


Tanpa kita sadari, kita berpuisi dengan penuh benci, penuh dendam, penuh amarah, dan emosi.
Sebagai barang bukti, kita berpuisi bercampur dengan daki.

Di atas kertas putih itu, kita letakkan potongan tangan, kaki, dan kepala.
Kita berdiri dengan kaki mengangkang, dibalut jubah kesombongan.

Tak adakah lagi puisi yang berisi bening mata air?
Tak adakah lagi puisi yang berisi murni embun pagi?
Mengapa ia kita campur ke ladang yang tak bernurani?

Sudahlah cukup mereka saja! Kita tak usah.

Kita cari dunia yang lebih wangi.
Tanpa darah.
Tanpa caci.
Dan tanpa air mata.

Tuesday, March 25, 2014

"Ibu, aku rindu.."


     "[Bintang tidak lagi menjadi sandaran buat ku tuk meraih semua angan-angan ku. Terlalu tinggi ku berharap semakin kecewa hati meratap. Kasih ibu akan selalu ku junjung dengan do'anya ku pinta walau kemiskinan selalu akrab dengan ku. Namun cinta ibu sangat mewah yang aku punya.
   
     Aku akan berusaha tegar ibu!
     Tak akan lagi ku tangisi nasib ku ini dan tak akan lagi ku sesali ke tak sempurnaan hidup yang ku miliki. Aku sayang ibu, aku tak akan membuatmu menangis lagi.

     Semalaman kau tak tertidur karena rasa khawatirmu dengan kesehatan ku. Demam panas tinggi ku telah memeras semua yang mengganjal dalam pikiran ku, hingga dalam gigil tidur, aku memanggil dan menyebut Ayah dimana? Lalu tangismu pecah sambil memeluk tubuh ku yang lemah tak berdaya.

     Sambil mengompres kening ku, ibu pun bercerita tentang masa lalunya yang buruk, cinta mereka tak mendapat restu orangtua karena kasta yang berbeda, hingga ayah memutuskan untuk kaein lari dengan ibu.

     Setelah diri ku dilahirkan, ayah diculik oleh orangtuanya untuk dijodohkan dengan gadis yang sederajat dengan darah birunya, hingga sampai kini ayah tak pernah kembali disaat ibu membutuhkan keberadaannya.

     Aku memang merindukan dirimu ayah, tapi masih pantaskah engkau ku sebut "Ayah"?
     Yang telah menelantarkan anak dan istrimu dalam penderitaan yang sangat panjang dan aku pun tak akan lagi berharap bertemu denganmu, Ayah. Tapi engkau selalu akan ku hormati dan ku do'akan agar tuhan mengampuni dosa-dosamu. Sebagai putramu, darah dagingmu yang tiada lagi berbekas.

     Bulan pun meredup gelap pun menjelang, namun hanya cahaya lilin yang masih tersisa untuk ku, dan untuk hatiku...]"
   
161012

Written by : Agus Chaerudin
Sharred by : Agus Chaerudin

Monday, March 24, 2014

"Buntut Singkong"

ilustrasi

Alkisah ada seorang penjual gorengan yang selalu menyisakan buntut singkong goreng yang tak terjual. Dia pasti selalu memberikan sisa gorengan buntut singkong tersebut pada seorang bocah yang sering main di tempatnya mangkal.
Tanpa terasa, sudah lebih dari 20 tahun dia menjalani usahanya itu. Namun tidak ada perubahan yang berarti, usahanya tetap begitu-begitu saja.
Suatu hari, datanglah seorang pria dengan menggunakan mobil mewah, lalu berhenti di depan gerobak gorengannya.
Pria didalam mobil itu bertanya, “Ada gorengan buntut singkong, Pak?”
Si tukang gorengan lantas menjawab, “Nggak ada, Mas.”
“Saya kangen sama buntut singkongnya, Pak. Dulu waktu kecil, ketika ayah saya baru meninggal, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman saya pun mengejek saya karena tidak bisa beli jajanan karena tidak mempunyai uang. Tapi waktu itu, Bapak selalu memberi buntut singkong goreng kepada saya, pada setiap kali saya main di dekat gerobak bapak,” ujar pria muda itu.
Tukang gorengan terperangah. “Yang saya berikan dulu kan cuma buntut singkong nak... Kenapa kamu masih ingat saya?”
“Bapak tidak sekadar memberi buntut singkong goreng, tapi juga sudah memberikan kebahagiaan dan harapan buat saya. Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Bapak. Tapi, saya ingin memberangkatkan Bapak ke Tanah Suci. Semoga Bapak menerima pemberian dari saya ini.” lanjut pria itu.
Si tukang singkong goreng hampir tidak percaya. Hanya sebuah kebaikan atau sedekah kecil tapi mendatangkan berkah yang begitu besar dan dengan jalan atau kisah yang tak terduga.
Selalu bersyukur & berbuat baik walau sekecil apa pun, asal ikhlas dan tulus, pasti akan membuahkan kebahagiaan dan keberkahan.



Sharred by : Yohanna Fransisca
Sumber : Di sini

I'll Always Waiting


A scattered dream that's like a far-off memory.
A far-off memory that's like a scattered dream.
I want you to line up the pieces, because you hold the mighties weapon of all..

I'm always been having these weird thoughts lately...
Like, is any of this for real... or not?
But I'll try to come back to you, I promise...

I know you will...
You are the one, who will open the door...
And I'm always with you too..
Forget what anyone said.
One who knows nothing, can understand nothing...

And don't forget...
We will go together...
That's voice... It's tell me...

Sunday, March 23, 2014

"Tidurku"



Tidur..
Malamku tertidur terkulai..
Diatas awan yang berjuntai..

Tidurku tidak beralaskan tikar teman,
Aku tertidur hanya di emper jalan,
Diriku tertidur tanpalah atap kawan,
Tidurku hanya beratapkan awan.

Tidurku bukan tidur orang kebanyakan.
Bukan pula untuk orang-orang yang mapan.
Tidurku hanya tidur beraspal.
Tanpa ada alas, selimut, dan bantal.

Ku hidup begini tiadalah sengsara,
Apalagi berdosa.
Karena walau ku hidup begini, ku masih bisa bahagia.

Hanya ada bayang-bayang ragu yang terus menghantamku.
Akan keesokan hari yang tak tahu menahu itu.

Orang seperti ku...
Orang yang tak punya masa depan itu...
Oranga yang pasrah seadanya akan rezeki pemberian-Nya...

Tak peduli..
Ku tidur menahan lapar.
Tak peduli..
Walaupun tubuhku luka terbakar.
Biarlah diriku ini..
Tuk tidur sebentar...

Pupus



"[Darah ini terus mengalir deras di sela-sela cabikan luka yang membiru hingga menyisakan sebuah kata..
'Mengapa...?'
Mengapa disaat butiran-butiran cinta dan hembusan kehangatan kasih sayang mengisi hampa dan kekosongan hatiku, saat itu pula palu raksasa meremukan dan menghancurkan segalanya.. Mengapa...?

Tidak kah ada keadilan untuk hati bagiku?

Sampai kapan kah goresan demi goresan sayatan luka kan menghujam sanubari dan insan lemah ku ini?
Akankah sampai terbakarnya bulan?!
Akankah sampai pecahnya langit?!
Sampai kapan...?

Terasa seperti semua pucuk-pucuk mimpiku telah musnah bersama fatamorgana..
Hancur...
Lenyap...
Hilang...

Bahkan sang angin pun tak kuasa menghembuskan nafas kepadaku..
Bahkan sang mentari pun tak kuasa memberi semangat membaranya lagi untuk ku...]"


Written by : Rizqy Shona
Sharred by : Rizqy Shona

Saturday, March 22, 2014

Berkas Part. 2



  "[ Tak ku pungkiri, jalan ini kian lama semakin panjang dan semakin rumit. Ku coba membawa setiap berkas-berkas cinta di sepanjang perjalanan hidupku..
     Disetiap lembaran-lembaran berkas itu, ku tulis dengan cerita yang berbeda. Beberapa dari berkas yang sudah ku tulis pun, pernah terbang terbawa angin, tercecer diatas lumpur, hingga sampai terjatuh kedalam lubang yang begitu dalam dan semua ku relakan.

     Satu... Satu berkas usang...

     Ya.. Satu berkas usang yang ku bawa saat ini, memang mengalami hal yang sama.. terjatuh.., tercecer.., tertiup angin.. Dan pernah ku merasa menyerah untuk membawa berkas ini, hingga sempat ku meninggalkan lembar demi lembar berkas itu di dalam gurun kekelaman. Tapi akhirnya aku pun kembali dan ku pungut satu per satu berkas yang tersisa..
     Ku mencoba berjalan kembali dengan berkas-berkas yang tersisa...
     Ku genggam sangat erat, karena ternyata, ini sungguh sangat berharga bagi ku.. ]"




Written by : Adib J A
Shared by : Adib J A

Akhirnya bisa di share juga yang part. 2 nya..
Dan Terima kasih banyak buat Adib yang udah share semua tulisannya dalam 2 bagian.. ( ^_^)

Friday, March 21, 2014

"Karung Bekas"



Apa yang bisa kalian lihat dan nilai dari gambar diatas?

    Mereka hidup dengan sangat sederhana, mungkin bisa jadi dibawah kata "sederhana". Tapi mereka berdua bisa tersenyum dan riang gembira, walau tanpa adanya teknologi-teknologi atau mainan modern di jaman sekarang dan mereka berdua juga sangat senang, walau hanya bermodal Karung Bekas untuk mainan mereka.

     Bagi ku... Mereka hebat.. Sangat hebat.. Banyak pelajaran yang aku dapat dari mereka..

     Bukan.. Bukan masalah materi yang mereka lihat, tetapi "Kebersamaan" diantara mereka yang tak akan pernah bisa digantikan oleh materi apa pun.

     Dan mereka sangat luar biasa, dimana mereka berdua bisa menciptakan "Kebersamaan" dan "Kebahagiaan" di dunia yang saat ini semakin mulai kehilangan nuraninya, hanya dengan bermodal Karung Bekas....
   

Refleksi Kemerdekaan

     "[ Awalnya...
     Kita diseleksi dari yang 'Bagus' untuk nanti akan dibuat menjadi yang 'Terbagus'. Akhirnya diri ku pun terpilih dalam seleksi itu, hingga aku harus menjalani hari-hari selama 1 bulan tanpa menyentuh pelajaran sekolah sama sekali untuk pelatihan. Dalam satu bulan ini pun aku harus berteman dengan matahari, aku harus makan makanan yang sama yaitu 3T+B ( Tahu, Tempe, Telur, dan Bayam ), aku harus bertemu dengan orang-orang yang selalu sama, dan dalam satu bulan ini aku harus benar-benar belajar Disiplin.
     Setiap pagi, aku juga harus mendapatkan, teriakan, omelan, dan bentakan yang sudah menjadi sarapan tambahan untuk ku. Tetapi didalam pelatihan, bukan hanya cara baris berbaris saja yang aku dapatkan, tapi keluarga baru bersama teman-teman ku disini. Dan dalam satu bulan ini aku belajar bagaimana caranya menghargai dan mencintai Negara ini.
     Dan tiba akhirnya di malam pengukuhan. Pada malam itu, hati ku benar-benar berdebar tak karuan, semuanya nampak menjadi satu rasa. Semua orang tua peserta pelatihan pun di undang untuk menghadiri acara malam pengukuhan ini, barangkali agar orang tua kami semua bisa merasa bangga melihat anak mereka berdiri dengan gagah dan anggun.

     Senang.. Haru.. dan Bangga menjadi Anak Indonesia...

     Aku harus siap! Dimana inilah pencapaian terbesar ku sebagai seorang siswa SMA yang ikut berpartisipasi untuk Negaraku, sekaligus membuat orang tua ku bangga melihat anaknya menjadi PASKIBRA.
     Ternyata untuk Bahagia itu, kita sendiri yang mampu menciptakannya dan butuh pengorbanan dan perjuangan untuk sesuatu yang Indah. Yang terpenting kita juga harus 'Merdeka' sebagai Manusia.

Lakukan lah hal terkecil untuk negara kita dan kita tidak perlu memikirkan apa yang telah negara berikan untuk kita. Bahkan, kita perlu mempertanyakan ke diri sendiri, apa yang kita sudah berikan untuk Negara kita tercinta INDONESIA...

Ini Ceritaku... :) ]"

Written by : Kiki N
Shared by : Kiki N


    Terima kasih banyak nih buat Kiki yang udah mau berbagi ceritanya di masa-masa pendidikan PASKIBRA-nya di semasa sekolah.. ( ^_^)
Ditunggu cerita selanjutnya yah Ki... hehehehe :p

Thursday, March 20, 2014

Ketidakwarasan Padaku

Ada temen sekolah nih, yang mau sharing tulisannya..


"[ Ketidakwarasan padaku...
Membuat bayang-bayangmu sealau ada untuk menentramkan malam ku dan mendamaikan tidur ku..

Ketidakwarasan padaku...
Membuat hidupku lebih tenang, tetapi ternyata aku tidak menyadari bahwa kau tidak ada lagi disini..

Aku pun mulai nyaman berbicara pada dinding kamar ku, hingga sampai aku tak tenang saat sehat ku datang..

Ketidakwarasan padaku...
Membuat namamu yang selalu ku sebut dan menjadi selimut tebal untuk hati rapuhku...

Kutukan? Atau Keajaiban kah, dari semua ini untuk ku?

Suara hatiku, tak akan pernah mati!
Dan Jiwa ku pun akan terus menari dan bermimpi... ]"

Written by : Rahmat S A
Shared by : Rahmat S A

Makasih yah mat, buat tulisannya yang di share.. hehehe.. :p

Berkas Part. 1

Tulisan Part. 1 yang kali ini saya publish, saya dapatkan dari teman saya. Part. 2 nya menyusul yah.. ^^


     "[ Enggan sebenarnya ku langkahkan kaki ke kota ini untuk meninggalkan kamu dan membiarkan kamu untuk menantikan aku, hingga terkadang kau tuangkan tetesan air mata yang tak ku mengerti..

     Namun tetap harus ku jejali hati ini dengan tekad yang kuat karena dirimu dan semangat yang selalu kau berikan untuk diri ku ini. Walau aku tahu, engkau disana menopang batu besar yang mengganjal dan begitu berat..

Suatu saat yakinlah...
Aku akan berjalan kembali bersamamu...
Hancurkan batu besar yang membebani dirimu...
Dan ku topang kau dengan kebahagiaan... ]" 290111

Written by : Adib J A
Shared by : Adib J A

Wednesday, March 19, 2014

Hai All.. ( ^_^)/

Waduh-waduh...
Sibuk sendiri sampai kelupaan nyapa semua.. hehehe ;p

Hai all.. ( ^_^)/
Ini blog baru gue, tapi bukan yang pertama... kalo yang pertama udah berantakan, jadi males buat lanjutinnya lagi.. :p

Di blog yang sekarang ini, gue pengen bisa sharing ke semua tentang tulisan-tulisan yang gue buat dari apa yang gue denger, dari apa yang gue lihat, yang gue dapat dari kisah temen-temen atau orang di sekitar gue.. dan termasuk dari diri gue sendiri juga seh.. hehe
Yang pasti gue bukan penulis yang pinter buat cerita dan kata-kata. Daripada hanya dibuat status di sosial media, yah lebih baik gue buat jadi tulisan.. Yah siapa tahu dari setiap tulisan yang ada di blog gue ini bisa jadi ide, manfaat, atau inspirasi buat semua yang baca..
( Berbagi itu kan indah.. :D )

Oke..
Mungkin segini aja sambutan dari gue. Happy reading n' happy blogging..
Enjoy.. ( ^_^)/

Tuesday, March 18, 2014

Kawan Lama...

Hari ini tak tahu kenapa ku teringat sama kawan lama. Sudah terbilang cukup lama kami tidak bertemu semenjak ku berhenti dari perusahaan yang dulu kita pernah kerja sama di dalamnya. Langsung ku hubungi, dan syukur saja, dia sedang ada dirumahnya.

     Waktunya berangkat....
   
     Akhirnya sampai juga di rumah kawan lama. Dari luar rumahnya kelihatan sepi, tapi setelah dia keluar dari dalam rumahnya dan kita ketemu, semula yang keliatannya sepi berubah drastis karena tawa kita berdua. Gak tahu kenapa klo kita ketemu, walau baru tatap muka saja, kita berdua udah ketawa.
     "Apa kabar kasep...?" Panggilan dia buat ku
     "Alhamdulillah akang... Gimana ente sendiri sama orang-orang dirumah?" Tanyaku.
     "Semua baik-baik aja kasep."
     "Sibuk apa nih ente sekarang?"
     "Sibuk kerja aja nih kang, buanyak banget kerjaan dikantor." Jawabku.
     Banyak lagi yang kita obrolin, yah maklum, pasti kita ngobrol banyak kalau sudah lama kita gak bertemu kawan lama. Panjang lebar kita ngobrol dan banyak hal yang bisa ku ambil pelajaran dari kisah-kisah pengalaman dia.
     Bagi diriku, kisah dari siapa pun, dari beragam kalangan usia, selama itu masih ada hal baik didalamnya, aku senang mendengarnya.
     Tak terasa waktu berlalu sudah cukup lama, waktunya buat ku untuk pamit. Mungkin lain waktu kita bisa bertemu lagi. Terima kasih buat waktu dan kisah-kisahnya kawan. ( ^_^)

Saturday, March 15, 2014

"Maaf"

     Semua jawaban sudah aku ketahui. Aku semakin mengerti, bahwa mungkin aku memang bukan seseorang yang diharapkannya selama ini. Bukan seseorang yang bisa mewujudkan mimpinya dan selalu bisa mengerti dirinya.
    Aku sadar, mungkin memang selama ini aku yang salah. Tak pernah mengerti atau pun tahu apa yang dia harapkan. Sakit memang rasanya semua ini terjadi, tapi apa daya semua itu pun tak bisa kembali, nasi pun sudah menjadi bubur dan hanya tersisa penyesalan yang tertinggal.

"Maaf"

     Walaupun memang kata itu tidak akan cukup bahkan seakan sudah percuma dan tidak bisa membuat semua normal kembali. Mungkin hanya kata itu saja yang bisa ku ucapkan dan mewakili semua kesalahan-kesalahan ku. Dan hanya bisa berharap di sisa-sisa puing penyesalan yang terdalam...

I Miss..

     Sudah satu bulan lebih berlalu dari semenjak kejadian itu. Banyak hal yang terjadi dalam waktu selama itu, tapi.. mungkin semua hal itu hanya bisa menjadi cerita saat ini, karena ku sudah tidak bisa lagi bercerita sama dia.
     Sudah satu bulan lebih ini pun kita sama sekali tidak bertemu. Bagaimana keadaannya? Apa yang dia kerjakan? Apa yang dia pikirkan saat ini? Dan lainnya. Sama sekali aku sudah tidak mengetahuinya. Hati tidak bisa berbohong, ingin bertemu, ingin tahu keadaannya, dan ingin sekali melihat wajahnya.. Tapi sepertinya mustahil.. Aku sudah tidak boleh bertemu lagi dengan dia, karena itu permintaan dia disaat terakhir kali kita bertemu...
     Saat ini yang aku bisa lakukan hanya mencoba menyibukan diri dengan berbagai macam kegiatan, tetapi tetap saja.. Hingga saat ini pikiranku tidak bisa lepas tentang dia. Begitu pula saran-saran yang aku dapatkan, tapi terasa percuma juga buat aku.
     Lelah sebenarnya, aku harus membohongi diri dan perasaan aku sendiri. Harus berpura-pura kuat... berpura-pura tegar... Andai saja kejadian itu tak terjadi, mungkin kita pun masih baik-baik saat ini. Tapi semua sudah terjadi dan semua pun tak bisa diulang lagi. Aku hanya bisa berharap ada keajaiban agar bisa kembali dan merubah semuanya seperti waktu dahulu kita masih bersama.

Seandainya kamu tahu...

"Aku Kangen Kamu.."

Mungkin hanya dalam mimpi, aku bisa mengucapkan langsung kata-kata itu sama dia..