Saturday, July 19, 2014

Aku Akan Menikah Setelah Engkau Menikah Ukhti


Kisah Nyata (Sebuah Janji Laki-Laki Shaleh)

Bagaimana Kabar Iman-Mu hari Ini..??
Semoga Dirimu baik-baik saja disana, disini aku selalu menanyakan hal itu, walaupun aku berbicara dengan kenangan kita. dalam rindu Aku selalu bertanya. saat ini hatiku sangat merana.

Saat ini diriku sangat kesepian tanpa mu Ukhti, Semalam Aku bermimpi mengenai akhir kisah kita, air mataku tak terkira jatuh berderai. pernah dirimu mengingat tentang perkataanku kepadamu Ukhti, Aku telah berjanji terhadap dirimu bahwa jika memang Allah tidak mempertemukan kita di jalur pernikahan, Insyaallah Aku akan menikah setelah dirimu di ijab kabulkan oleh orang lain Ukhti…

”Selamat ya akhi (……), Ukhti (….), semoga bahagia,” ucapku dengan kekuatanku saat mengucapkan kalimat itu.  Rasanya tak kuat aku ingin menangis. Bayangkan seorang Ukhti yang selama ini diam-diam aku sukai, menikah dengan orang yang lebih mendalam pengajiannya dari diriku. Sakit rasanya.

”Aku turut bahagia, ya Ukhti,” berat sekali rasanya bibirku mengatakan kata itu. Sesak rasanya aku mengatakan hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan hatiku sendiri. seperti itulah peristiwa mimpi yang menimpaku semalam.

setelah menyalami dirimu Ukhti dan Suamimu di pernikahanmu, Suami mu menyuruh diriku untuk mencicipi hidangan saat itu, sakitnya hati ini Ukhti melihat dirimu begitu romantisya berada di pelaminan itu.

”Ya Allah lengkap sudah. Kenapa harus di hadapanku. Sakit sekali,” batinku. Mungkin karena sudah tidak tahan lagi, aku menangis. Di pestamu pernikahan mu Ukhti .

Seseorang menanyakan sesuatu kepadaku Kenapa menangis ya Akhi?” dirimu sempat kaget melihat aku seperti itu. Suami mu pun memperhatikanku juga. Aku tahu dia juga merasakan apa yang aku rasakan.

”Nggak aku nggak apa-apa. Aku menangis karena aku sangat bahagia melihat sahabat-sahabatku sudah menikah. Dengan orang yang subhanallah, cocok buat dia,” aku menyesal mengatakan hal ini. Aku nggak mau. Sakit jawabku dalam hati lirih ini.

”Maaf Ukhti dan kepada suami mu, sepertinya aku harus pergi, aku mau jemput sahabatku yang sedang menunggu, tanpa basa-basi aku pergi. Aku tidak kuat melihat mereka duduk berduaan, becanda di hadapanku. Rasanya aku ingin sekali teriak. Di jalan aku menangis. Aku tak peduli apa kata orang yang melihat Aku seperti itu.

Tiba-tiba sahabatku menelpon ku, Aku masih menangis, sahabatku berkata kamu dimana, sudah lama aku menunggu, maaf aku lagi dalam perjalanan mendengar suaraku yang terisak-isak, kamu kenapa, menangis ya. Kamu dari mana tanya sahabatku, aku mengatakan aku dari pesta perkawinan dirimu Ukhti, sahabatku langsung mencariku dan akhirnya kami bertemu.

Aku berkata terhadap sahabatku, Kenapa aku harus mengalami ini ? Kalau akhirnya dia menikah dengan orang lain, kenapa dulu seolah-olah dia memberikan aku harapan. Kenapa aku mesti dipertemukan dengan dia” aku semakin menangis.

Sahabatku berkata kamu nggak boleh bicara seperti itu. Itu ujian dari Allah buat kamu . Walaupun sakit. Tapi kamu juga harus bersyukur, karena kamu diberi kesempatan untuk bisa merasakan cinta dan suka pada perempuan.

Bukankah selama ini kamu belum pernah merasakannya? Iya kan?  ingat  waktu MAN dulu kamu pernah bilang kan sama aku, kalau kita tidak boleh mencintai manusia melebihi kita mencintai Allah. Ingat kan? Kenapa kamu kayak gini,” sahabatku benar, aku mengiyakan dalam hati. Tenang sekali ketika Sahabatku berbicara seperti itu.
”Astaghfirullahal ’adzim, Ya Allah ampuni aku,” aku pun berhenti menangis. Meski luka itu masih jelas terasa.

”Ayo kita pulang,” sahabatku mengajakku untuk pulang.

Luka itu masih menempel lekat di hatiku. Ukhti,  Aku lupa dari mana awalnya aku kenal denganmu. Tapi yang pasti dirimu adalah wanita yang sholehah, pintar, luas ilmu agamanya, murah tersenyum dan ada hal-hal yang unik yang tidak dimiliki wanita lain. Banyak IKhwan yang menyukaimu. Termasuk aku.

Ukhti sebenarnya sudah bilang akan berta’aruf denganku. Tapi karena aku harus mencari uang untuk biaya studiku dan pekerjaanku yang tak menentu penghasilannya. sebenarnya AKu ingin menikahinya tapi ia masih belum mau menikah karena ia masih terlalu dini untuk menikah. mungkin emang ini kenyataanku dalam mencintaimu Ukhti.
Terakhir Aku mau menyampaikan tentang mimpiku semalam, bahwa jika aku mengalami hal ini aku akan sangat sedih sekali, namun aku bersyukur di berikan Amanah mimpi seperti ini karena aku bisa lebih tawakkal kepada Allah SWT.  Entahlah, mungkin sebuah kalimat bahwa aku tidak tahu dan sekarang aku tidak mau tahu.

Aku telah berjanji pada diriku sendiri, Aku tidak akan menikah sebelum dirimu menikah Ukhti, walaupun jodoh itu Rahasia Allah. Saat ini aku hanya bisa memperbaiki dan belajar lebih baik lagi. Jika ada lelaki Shaleh yang akan menikahimu dan lebih matang penghasilannya dari diriku, terima lah. Insyaallah aku ikhlas dan akan mendo’akan kebahagiaanmu.

Mimpi semalam yang aku alami ini telah memberikan aku inspirasi akan hakikat mencintai. Maafkan jika sampai saat ini dan sampai akhir dirimu akan di khitbah orang lain aku tidak akan melupakanmu. Semoga dirimu menemukan lelaki yang shaleh, pintar dan berkpribadian mulia. Amin.

Maafkan Aku…..

Wednesday, July 16, 2014

Mengapa Aku Harus Menikah Denganmu?


Ada seorang pemuda yang tampan, shaleh, dan berpendidikan, orangtuanya meminta untuk segera menikah.
Mereka telah berusaha menjodohkan dengan banyak wanita, namun ia selalu menolak wanita yang dijodohkan tersebut .

Orang tuanya pikir itu sedikit konyol , mereka curiga bahwa ia mungkin memiliki orang lain dalam pikirannya. Karena setiap kali dia dan orang tuanya meninggalkan rumah seorang gadis, pemuda selalu mengatakan “dia bukan yang saya cari!”

Pemuda itu hanya ingin seorang gadis yang religius dan mengamalkan ajaran Islam.

Hingga satu malam ibunya mengatur bagi putranya tersebut untuk bertemu seorang gadis yang religius. Pada malam itu, sang pemuda dan gadis itu dipersilahkan untuk saling berbicara dan bertanya satu dengan lainnya.

Pemuda itu mengizinkan sang wanita untuk bertanya terlebih dahulu. Si gadis muda pun bertanya dengan begitu banyak pertanyaan, dia bertanya tentang hidupnya, pendidikannya, teman-temannya, keluarganya, kebiasaan, hobi, gaya hidupnya, kesenangannya, pengalamannya, ukuran sepatunya, dll

Pemuda itu menjawab semua pertanyaan-pertanyaan itu dengan sopan dan tanpa merasa lelah, senyumnya selalu menghiasi bibirnya.

Gadis muda itu telah mengambil hampir seluruh waktu, lebih dari satu jam, karena merasa tidak enak akhirnya ia pun mempersilahkan pemuda tadi bertanya. “Anda memiliki pertanyaan?” Pemuda itu berkata, "Its ok. Saya hanya memiliki 3 pertanyaan. Gadis muda itu berpikir," Wow, hanya 3 pertanyaan-oke. "

Pertanyaan pemuda itu adalah,

Q1: "Siapa yang paling kamu cintai di dunia, yang cintanya tidak akan pernah terkalahkan?"
A1: Dia berkata: "Ini adalah pertanyaan yang mudah, ibu saya" dia tersenyum

Q2: "Kamu mengatakan sering membaca Al Qur'an, bisakah kamu ceritakan Surah apa saja yang kamu tahu artinya ?"
A2: Mendengar ini wajahnya memerah dan malu, iapun berkata: "Saya sama sekali tidak tahu artinya, tapi saya berharap bisa segera belajar Insya Allah. Saya memang agak sedikit sibuk"

Q3: "Saya telah berkali-kali dijodohkan dengan gadis-gadis yang lebih cantik dari kamu, mengapa aku harus menikah denganmu?"
A3: Mendengar ini gadis muda itu bergegas pergi ke orang tuanya dengan marah dan berkata "Aku tidak ingin menikah dengan pria ini ia menghina kecerdasan dan kecantikanku "

Pemuda dan orang tuanya sekali lagi, pergi tanpa kesepakatan pernikahan.

Kali ini, orang tua pemuda itu benar-benar marah, dan berkata "Apa yang kamu lakukan sehingga membuat marah gadis itu, keluarga mereka begitu baik dan menyenangkan, dan mereka menjalankan agama seperti yang kamu inginkan.

Apa yang kamu minta pada gadis itu? Beritahukan kami! "Pemuda itu berkata," pertama saya bertanya, siapa yang paling kamu cintai? Dia mengatakan ibunya " Orang tua berkata:". Lantas, apa yang salah dari jawaban itu "

Pemuda itu berkata:" Pertama-tama bagi seorang Muslim cintanya pada Allah dan Rasul-Nya (SAW) lebih dari siapa pun di dunia '. Jika seorang wanita mencintai Allah dan Rasulullah (SAW) lebih dari siapa pun, ia akan mencintai saya, menghormati saya dan tetap setia, karena dengan cinta seperti itu ia akan takut kepada Allah. Dan kita bisa berbagi cinta ini, karena cinta ini lebih besar dari sekedar kecantikan. "

Pemuda itupun melanjutkan : "Pertanyaan kedua, aku bertanya, kamu membaca Al Qur'an, bisakah kamu ceritakan arti dari setiap surah?" Dia bilang tidak, karena saya agak sibuk dan tidak punya waktu lagi.

Saya jadi teringat sebuah hadits “Seluruh manusia, akan mati kecuali bagi mereka yang memiliki pengetahuan” Dia telah hidup selama 20 tahun dan belum menemukan waktu untuk mencari ilmu, mengapa saya menikahi seorang wanita, yang tidak tahu hak-hak dan tanggung jawabnya, lantas apa yang akan dia ajarkan kepada anak-anak saya nanti, jangan-jangan ia lalai."

"Karena ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya dan seorang wanita, yang tidak memiliki waktu untuk Allah, tidak akan punya waktu bagi suaminya."

"Pertanyaan 3 aku bertanya padanya banyak gadis yang lebih cantik dari dia dan telah dipertemukan untuk menikah, mengapa saya harus memilih kamu? Itulah sebabnya ia bergegas pergi dan marah"

Orang tua pemuda itu berkata: "itu adalah hal yang mengerikan untuk dikatakan, mengapa kamu melakukannya? Kita harus kembali ke sana untuk meminta maaf"

Pemuda itu berkata: "
Saya mengatakan hal ini dengan sengaja, untuk menguji apakah dia bisa mengendalikan amarahnya."

"Rasulullah (SAW) berkata ‘Jangan mudah marah, jangan mudah marah, jangan mudah marah' ketika ditanya bagaimana seseorang bisa menjadi shaleh, karena kemarahan adalah dari setan. Jika seorang wanita tidak bisa mengendalikan kemarahannya kepada orang asing yang dia baru saja bertemu, apakah kita pikir dia akan mampu mengontrol kepada suaminya? "

Pesan Moral:
• Pengetahuan, tidak hanya kecantikan luar.
• Amalkan, tidak sekedar bicara saja.
• Memaafkan, bukan kemarahan.
• Cinta karena Allah SWT, bukan nafsu.
• Berkompromilah!

Setiap orang harus mencari individu yang:
• Memiliki cinta kepada Allah dan Rasulullah (SAW).
• Memiliki pengetahuan tentang dien dan beramal dengannya.
• Dapat mengendalikan kemarahan mereka
• Bersedia untuk berkompromi.

Ini berlaku dua arah baik pria maupun wanita,

Monday, July 14, 2014

Harapan Wanita Sholehah

 

Harapan Wanita Solehah

Aku tak mencari seorang suami yang tampan wajahnya atau yang tegap badannya...
Aku juga tak mencari seorang suami yang kaya harta atau yang punya rumah mewah dan mobil banyak...
Aku hanya mencari seorang laki-laki yang benar-benar telah siap menjadi imamku...

Yang dapat membimbingku dalam urusan dunia dan akhirat, yang dapat menuntunku ke arah yang benar...
Yang bisa mengingatkanku ketika aku lalai dalam melaksanakan dan menjalankan perintah-Nya...
Yang bisa menyadarkanku ketika aku berbuat khilaf dan yang bisa meluruskan akalku dengan penuh kelembutan...
Yang bisa menegurku ketika aku alpa pada tanggung jawab dan kewajibanku sebagai seorang istri yang wajib taat pada suami dan Robb-Nya...
Yang bisa memaafkanku dengan ikhlas atas segala salah dan khilafku...
Agar keluarga yang aku bina bersama dia menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah...

Ya Allah...

Ku yakin bila saatnya sudah menghampiri, pasti kebahagian itu aku dapati...
Mohon beri aku kekuatan dan kesabaran dalam penantianku...


Ya Allah...

Kirimkan dia yang membawa kebaikkan, baik bagi duniaku, akhiratku dan agamaku...
Agar kami sama-sama berjamaah tuk tetap menuju-MU...

Bimbinglah hati kami, kuatkanlah hati kami, penuhilah dengan rahmat dan kasih sayang-MU...

Saturday, July 5, 2014

Hanya Bisa Berharap

[Hanya Bisa Berharap]


Ini bukan hanya tentang cinta, tapi harapan yang berpilin sebagai doa di langit-Nya.

“Terima kasih Ya Alloh karena masih memberiku kesempatan melihat sang bintang harapan di tiap pagiku. Dan untukmu penjajah hatiku, selamat pagi.”
Begitu biasa Dinara memulai harinya di tiap pagi sebelum beraktifitas. Dua kalimat di awal rutinitas harinya itu telah menjadi suatu hal yang hampir tak pernah dia lupakan semenjak lima tahun terakhir. Seperti itu pula dengan hari ini.
Baginya, tiap hari terasa indah. Penuh dengan harapan dan optimisme. Kenapa? Karena ada dia.Karena ada cinta dihatinya. Gana, sang penjajah hatinya. Lelaki itu telah menjadi pangeran dalam hatinya selama hampir lima tahun ini. Sosoknya seperti telah begitu menyatu dalam jiwanya hingga dia tak bisa lagi berpaling pada lelaki lain. Bagi Dinara, Gana adalah seorang lelaki yang luar biasa. Ganaadalah instrumen terpenting dalam hidupnya.
Konyol sekali kedengarannya. Tapi begitulah dia mencintainya, mencintai Gana. Ah bukan, menggilainya tepatnya. Dinara tak peduli jikapun orang menganggapnya bodoh karena cinta itu. Dia hanya senang seperti itu. Dan selama hampir empat tahun terakhir, Aivi lah yang tahu kegilaan Dinara itu. Aivi adalah sahabatnya sejak dia masuk kuliah hingga mereka baru saja lulus kuliah saat ini. Meski begitu, Aivi tak pernah tahu lelaki mana yang sebenarnya dicintai sahabatnya selama ini. Ia hanya tahu kalau Dinara mencintai seorang lelaki bernama Gana. Itu pun entah pasti atau tidak.
“Kau melamun? Dia lagi?” tiba-tiba Aivi menepuk pundak Dinara, membangunkan ia dari lamunannya yang sedang berpetualang ke negeri antah berantah, mencari sesosok pangeran yang ia rindukan. Aivi lalududuk di samping Dinara sambil memperhatikan orang lalu-lalang di taman kota. Hari minggu pagi memang jadwal rutin mereka pergi ke taman kota.
“Hah, kau tanya apa Vi?” Dinara melongo.
“Emm benar tebakanku! Sampai kapan Gana akan membuatmu seperti ini?!” ujarnya.
“Seperti ini? Memangnya aku kenapa? Aku baik-baik saja.”
“Yah, mudah-mudahan memang benar kau tak apa-apa. Jangan sampai gara-gara dia, kau menutup mata dari kenyataan.”
“Maksudnya?” Tanya Dinara heran.
“Iya, bukankah kenyataannya kalian memang tidak pernah ada hubungan apa-apa? Dan entah perasaan seperti apa yang membuatmu begitu menggilainya. Cinta, penasaran, atau hanya obsesi?”
Jleb. Hati Dinara bergetar mendengar perkataan Aivi itu. Ia tidak tau kenapa, ada rasa sakit yang mengiris hatinya. Ia ingin menangis mendengarnya. Tapi, sebisa mungkin ia mencoba untuk tidak meneteskan air mata. Pilu rasanya.
“Di, kau baik-baik saja?” Aivi menatap Dinara dengan raut khawatir.
“Mmh. Iya.” Dinara mengangguk. Tapi ia bohong. Hatinya sama sekali tidak baik. Baginya perkataan Aivi itu adalah suatu pukulan maha dahsyat yang langsung menyadarkannya akan suatu ketidakpastian.
Batinnya menangis. Menyedihkan sekali rasanya. Benar kali ini ia terluka. Ini kenyataan. Aivi telah membangunkannya dari mimpi-mimpi itu. Tapi, Dinara tidak bisa jujur pada dirinya sendiri. Dinara tidak ingin mengiyakan apa yang telah Aivi katakan.
Lima tahun mencintai Gana dengan caranya sendiri rasanya cukup membuat ia hampir gila. Tapi, Dinara sangat menyenangi kegilaannya itu. Ia tak bisa dengan mudah kembali sadar dan melepaskan cintanya.
Dinara hanya diam. Tak sepatah katapun keluar dari bibirnya yang kelu itu. Ia hanya sedang berpikir saat ini. Berpikir tentang kata-kata Aivi tadi. Berpikir tentang dirinya, Gana dan perasaannya. Dan juga berpikir tentang sahabatnya itu, Aivi.
- Kenapa Aivi bisa berkata dan berpikir seperti itu? Kenapa baru sekarang dia berkomentar seperti itu setelah beberapa lama kami bersama? Apa dia telah begitu jengah dengan kegilaanku itu hingga dia bepikir seperti itu? Atau apakah memang cintaku pada Gana begitu salah di matanya? Kenapa?
~ Dinara merasa heran pada sahabatnya itu. Batinnya terus bertanya-tanya. Dinara merasa tak ada yang salah dengan perasaannya pada Gana. Ia hanya ingin mencintai seseorang seperti itu. Ia hanya ingin jadi seorang Dinara yang dengan segenap cinta dan doanya berhasil menjaga hatinya hanya untuk seorang Gana saja.
~ Lalu kenapa Aivi membuatku terlihat begitu menyedihkan? Hei, aku tak pernah merugikan siapapun dengan perasaanku itu. Pun aku tak pernah merasa dirugikan sedikitpun oleh cintaku itu. Lagipula, aku yakin Gana tak pernah keberatan dengan keberadaan hatiku yang tak pernah menjamahnya sedikitpun. Tak pernah pula aku berusaha menyentuh hati Gana. Aku hanya mencintainya dari sudut terindah yang bisa kurasa, dengan tetap membiarkan Gana aman dan nyaman dalam dunianya sendiri. Lalu, apa yang salah?
~ Aah, Dinara tidak bisa berpikir terlalu banyak lagi. Hatinya masih ngilu. Mungkin Aivi hanya terlalu sayang padanya. Iya mungkin begitu.
Satu hari, dua hari, tiga hari, beberapa hari berlalu. Hari-hari Dinara berlalu seperti biasa. Tapi, hari-harinya jadi terasa menjemukan sekarang. Entah kenapa. Ia merasa kehilangan sedikit kebebasan untuk merasakan dalam-dalam getaran cintanya pada Gana. Yah, semenjak Aivi melontarkan ‘unek-uneknya’ tentang kegilaannya itu, Dinara merasa sedikitnya ada yang membatasi kebebasannya. Tapi, mungkin saja Aivi benar.
Ia sama sekali tak marah pada sahabatnya itu. Tidak. Sungguh. Ia hanya merasa perlu waktu yang lama – entah seberapa lama – untuk mencerna perkataan Aivi lalu kemudian memahaminya. Dinara merasa apa yang dikatakan Aivi memang benar, yakni antara dia dan Gana tak sedikitpun ada hubungan apa-apa, tapi apakah salah jika ia mencintai Gana dengan caranya sendiri? Hanya itu.
(To be only yours, I pray, To be only yours… I know now you’re my only hope)
Suara merdu Mandy Moore melengking indah dari ponsel Dinara. Nada dering untuk panggilan masuk. Dinara membuka flap ponselnya.
“Di.. hallo.. kau baik-baik saja?”
“Hallo.. assalamualaikum Aivi. Tak biasanya kau menelpon. Ada apa?”
“Eh, waalaikumsalam. Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tanya, apa kau sudah melupakannya?”
Deg. Apa? Apa yang baru saja Aivi tanyakan? Dinara benar-benar kaget mendengarnya. Sungguh. Tak semudah itu melupakannya, Aivi. Dinara berkata-kata dalam hatinya. Belum sempat ia menjawab, Aivi sudah nyerocos di ujung sana.
“Kau harus melupakannya. Sudah cukup Di. Cinta itu bisa merusakmu, melenakanmu. Kau harus melupakannya. Ah, Ya Alloh. Bagaimana caranya menghentikanmu? Apa sesulit itu? Sungguh. Kumohon lupakan dia. Kau harus memulai semuanya dari awal. Bukalah mata dan hatimu Di. Lupakan dia.”
~ Ya Alloh. Kenapa Aivi bersikap seperti itu? Kenapa? Apa dia tak tahu kalau yang ia katakan membuatku sakit. Benar-benar membuatku sakit. Sungguh. Tak semudah itu.
“Hallo.. Di? Kau masih di sana? Kau baik-baik saja?”
“Mmh. Aku akan mencobanya.” Dinara menjawab sekenanya.
“Bagus. Aku selalu ada untukmu. Sudah ya. Assalamualaikum.”
Tut. Sambungan terputus. Waalaikumsalam. Dinara mendesah pelan. Ia masih memegang ponselnya. Lagi-lagi dia merasa sulit untuk mencerna dan kemudian memahami apa yang sudah Aivi katakan barusan. Selalu begitu. Logikanya selalu berfungsi lebih lambat dibandingkan perasaannya. Ia hanya bisa meneteskan air mata. Rasa sakit –tentu saja rasa sakit yang diakibatkan oleh perkataan Aivi tempo lalu– yang sudah hampir bisa ia lupakan, kini kembali hinggap di hatinya.
~ Ya Alloh.. apa selama ini aku terlihat seperti orang tak waras? Kenapa Aivi bersikeras bersikap seperti itu? Apa dia sudah benar-benar jengah melihat kegilaanku itu? Ya Alloh.. apa yang salah dari semua yang aku rasakan selama ini? Dan apa? Aivi berkata kalau cinta ini bisa merusakku, melenakanku? Tidak. Sama sekali tidak. Cinta ini justru menguatkanku. Mengubahku menjadi lebih baik. Memberiku harapan di setiap hariku. Memberiku nafas untuk tetap bertahan dalam kesendirian. Memberiku semangat dalam menghadapi berbagai masalah hidup. Dan yang terpenting, cinta ini selalu mendekatkanku pada-Mu. Ya Alloh.. apa Aivi tak tahu semua itu? Melupakan Gana bukanlah hal yang mudah dan memang bukan hal yang aku inginkan. Tidak sama sekali.
~ Pandangan Dinara kabur. Ia bukan hanya meneteskan air mata, tapi menangis sesenggukan. Ia memegang dadanya. Ada yang sakit di sana. Benar-benar sakit. Ia melangkah menuju meja belajarnya. Ia lalu membuka tas yang tergeletak di sana. Direngkuhnya sebuah sapu tangan kotak-kotak biru muda. Ada tulisan kecil di salah satu sudutnya. Gana. –Apakah aku benar-benar harus melepaskan semua perasaanku padamu? Apakah aku tak boleh lagi mencintaimu? Meski pastinya kau tak pernah tahu hal itu? Apakah aku harus mengubur dalam-dalam semua harapanku tentangmu? Tapi,aku benar-benar ingin bertemu denganmu. Aku hanya ingin bertemu denganmu. Meski hanya untuk satu kali lagi. Meski hanya untuk beberapa detik saja. Itu tak apa. Sungguh. Aku hanya ingin berterima kasih padamu, Gana. Berterima kasih untuk semuanya. Ya. Aku belum sempat melakukan itu.–
Dinara bergumam lirih sendirian. Didekapnya sapu tangan itu erat-erat. Lalu, pikirannya beralih ke suatu malam, lima tahun silam. Saat ia masih berusia tujuh belas tahun. Saat ketika ia belum seperti sekarang. Saat dimana satu hal berhasil mengubah hidupnya.
Saat itu, Dinara tengah berjalan sendirian ketika seorang om-om mencoba merayunya untuk ikut bersamanya. Bagaimanalah om-om itu tidak bersikap demikian, penampilan Dinara saat itu lebih mirip dengan wanita malam. Ditambah pula ia berjalan sendirian di kala malam telah sepenuhnya pekat. Mana ada wanita baik-baik keluyuran tengah malam dengan penampilan seperti itu coba?
Dinara mati-matian menolak, karena memang dia toh bukan wanita malam yang dikira om-om itu, sementara si om-om mati-matian memaksanya. Dinara berteriak meminta tolong. Dan di saat itu, –seorang pemuda yang entah kebetulan lewat atau memang telah sengaja dikirim Alloh– mendekati Dinara yang sedang berusaha melepaskan diri dari si om-om.
“Tolong lepaskan dia Pak. Dia ini adik saya. Dia wanita baik-baik dan bukan wanita seperti yang Bapak kira. Sungguh Pak, dia wanita baik-baik. Hanya saja, dia belum cukup dewasa. Tolong jangan ganggu dia Pak. Bapak akan menyesal jika melakukannya.” Pemuda itu berkata dengan nada memohon pada si om-om. Si om-om yang entah kenapa merasa percaya dengan yang dikatakan pemuda itu langsung melepaskan Dinara. Ia bergegas meninggalkan tempat itu sambil bersungut-sungut, “Urus adikmu itu. Mungkin lain kali ia tak akan selamat jika masih seperti itu.” Pemuda itu hanya mengangguk.
Suasana malam itu begitu sunyi dan lengang. Dinara yang merasa shock dengan kejadian itu menangis sesenggukan di tepi jalan. Pemuda itu menghampirinya dan mengeluarkan sehelai sapu tangan dari dalam saku celananya dan mencoba menenangkan. Dia kemudian membawa Dinara ke dalam mobilnya dan mengantarkan Dinara pulang. Ia lalu menanyakan alamat gadis itu. Tak berapa lama, mobil pemuda itu sampai di depan sebuah rumah mewah. Rumah Dinara. Mereka berdua lalu turun dari mobil itu.
“Aku bukan wanita seperti itu.” UjarDinara yang masih menangis.
“Om-om tadi atau pria manapun pasti tidak akan berani mengganggumu jika kau tak keluyuran tengah malam begini dan penampilanmu tak seperti itu. Tapi, aku percaya kau wanita baik-baik. Sungguh.” Pemuda itu kembali ke mobilnya. Meninggalkan Dinara yang masih terpaku. Mobilnya melesat menjauh dari hadapan Dinara.
Dinara tersadar. Dia melihat sekeliling dan mendapati ia sendirian disana. Lalu, dia melihat sapu tangan di genggaman tangannya. Sapu tangan kotak-kotak biru muda. Pandangannya tertuju pada tulisan yang dijahit dengan benang hitam di salah satu sudut sapu tangan itu. Gana. Hatinya berdesir halus ketika mengingat pemuda yang baru saja menolongnya itu. Pemuda baik hati yang sama sekali tak dikenalnya.
Sejak saat itu, Dinara berubah. Gaya hidupnya, penampilannya, tingkah lakunya, tutur katanya, pemikirannya. Semuanya berubah menjadi lebih baik. Sungguh, kekuatan cinta yang begitu indah. Bertahun-tahun ia selalu berharap suatu saat bisa bertemu kembali dengan pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya itu. Ia selalu ingat kalau ia belum sempat berterima kasih pada pemuda itu, hingga saat ini.
(To be only yours, I pray, To be only yours… I know now you’re my only hope)
Panggilan masuk. Bayangan masa lalu itu kemudian memudar. Dinara menyeka air matanya. Lalu ia membuka flap ponselnya.
“Assalamualaikum Aivi. Kenapa lagi?”
“Waalaikumsalam. Aku lupa memberitahumu Di. Minggu depan, datanglah ke rumahku. Ada syukuran. Oya, aku akan mengenalkanmu pada seseorang. Seseorang yang sangat aku sayangi. Emm.. kau pasti menyukainya. Ah.. hati-hati, kau bisa mencintainya. hehe”
“Kenapa?”
“Ya, karena dia memang pantas disukai, dicintai. Sudah ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Dinara menghela nafas. Akhir-akhir ini ia lebih sering menghela nafas. Entah kenapa. Tiba-tiba ia teringat percakapannya dengan Aivi barusan.
~ Mengenalkanku pada seseorang yang sangat ia sayangi? Menyukainya? Mencintainya? Siapa? Syukuran? Ah, iya. Jangan-jangan Aivi akan dilamar. Seseorang yang ia maksud adalah calonnya barangkali. Iya. Begitu sepertinya. Tapi, kenapa dia tak pernah bercerita sebelumnya padaku? Ah, sahabat macam apa aku ini? Aku sama sekali tak tahu apa yang terjadi dalam kehidupan Aivi selama ini. Mungkin, karena aku terlalu sibuk dengan kegilaanku itu. Ya Alloh.. Aivi, maafkan aku.
~ Seminggu berlalu begitu cepat. Tapi, bagi Dinara waktu jadi terasa begitu lambat. Itu karena perasaannya sedang begitu tak menentu. Yah, begitulah.
Dinara sudah sampai di depan rumah Aivi. Banyak mobil berjejer disana. Sepertinya, semua keluarga besar Aivi sedang berkumpul untuk acara syukuran itu.
Dinara melangkah masuk ke rumah besar itu. Pandangannya langsung tertuju ke dalam rumah. Banyak orang di dalam sana. Dan, Ya Alloh.. jantung Dinara hampir berhenti berdetak. Nafasnya tiba-tiba sesak. Ia melihat Aivi di sofa ruang tamu. Tapi, perhatiannya bukan tertuju pada sahabatnya itu, melainkan pemuda tampan di samping Aivi. Pemuda itu, Dinara yakin pernah melihatnya. Ya, bagaimana mungkin ia lupa? Tapi, kenapa pemuda itu ada di sini? Dan.. dan.. pemuda itu terlihat begitu dekat dengan Aivi. Apa mungkin? Dinara tiba-tiba langsung memegang dadanya. Ada yang menggerogoti hatinya lagi. Dan kali ini lebih sakit dari sebelumnya.
–Bagaimanaa mungkin seperti ini Ya Alloh? Kenapa harus Aivi? Kenapa Aivi harus bersama Gana? Dan, mereka terlihat benar-benar akrab. Mereka sedang bercanda. Aivi tersenyum, tertawa. Itu sempurna ekspresi bahagia dari Aivi. Bagaimana mungkin? Ya Alloh.–
Dinara masih mematung di depan pintu. Kakinya lumpuh seketika. Matanya perih. Sungguh perih. Tapi, bagaimanalah ia akan menangis di saat seperti itu? Beribu pertanyaan menyesaki benaknya satu per satu.
~ Apakah ada yang pernah merasakan ketika senyuman orang lain nyatanya justru membawa luka di hati kita? Aku pernah. Apakah ada yang pernah merasakan ketika tawa orang lain tak sadar justru membuat air mata kita terjatuh? Aku pernah. Apakah ada yang pernah merasakan ketika kebahagiaan orang lain sebenarnya tidak –sama sekali tidak– membuat hati kita bahagia juga? Aku pernah. Ya. Aku pernah merasakan itu semua. Di sini. Saat ini. Entah perasaan macam apa namanya. Yang jelas, ini sungguh menyakitkan.
“Dinara.. kau sudah datang? Ayo sini.” Suara Aivi tiba-tiba menyadarkan Dinara yang sedang terpaku. Aivi menghampiri Dinara dan membawanya masuk. Entah kenapa, Dinara merasa sulit untuk melangkahkan kakinya. Dengan enggan akhirnya ia menapakkan kakinya selangkah demi selangkah.Mereka lalu duduk tepat di hadapan pemuda itu. Pemuda itu tersenyum manis pada Dinara. Hati Dinara semakin ngilu.
“Bagaimana, kau menyukainya bukan?” ujar Aivi sambil menepuk pundak Dinara. Dinara tak berani menjawabnya. Andai saja Aivi tahu, pemuda itu adalah pangeran hati Dinara selama lima tahun ini.
“Bagaimana, kau menyukainya bukan?” Aivi melontarkan kembali pertanyaan yang sama. Namun, kali ini bukan pada Dinara. Melainkan pada pemuda di hadapannya. Pemuda itu hanya tersenyum. Wajahnya memerah. Dinara masih tak mengerti.
“Namanya Rida Lenggana. Dia saudara sepupuku. Ah, kau pasti tak ingat? Ya, mana mungkin. Selama ini kau sibuk dengan Gana mu itu. Bukankah aku pernah menceritakannya padamu beberapa kali? Rida, saudara sepupuku yang sejak lima tahun lalu kuliah di Turki dan sudah punya pekerjaan tetap di sana. Ya ampun Di, kau benar-benar tak pernah mendengarkan ceritaku sepertinya.”
Seperti biasa, Aivi nyerocos tanpa memperhatikan respon si pendengar. Sementara itu, Dinara merasa tak percaya dengan apa yang didengarnya. Dia masih juga tak bersuara.
–Sepupu? Bukan calon suami? Ya ampun, kenapa aku begitu cepat menyimpulkan?–
“Kau tahu Di? Aku sangat menyayanginya. Dia lelaki baik dan pantas mendapatkan yang baik pula. Dulu dia pernah menyukai seorang wanita yang ditemuinya suatu malam di jalan kota. Dia bilang dia tak bisa melupakan gadis itu. Tapi, untunglah Rida tak sepertimu yang sulit sekali melupakan Gana. Dia langsung menyukaimu ketika pertama kali aku menunjukkan fotomu empat tahun lalu. Dia semakin menyukaimu sewaktu aku bercerita banyak tentang kau. Setiap kami berkomunikasi, dia selalu menanyakan kabarmu dan memintaku bercerita tentangmu, semua hal tentangmu. Tapi, dia melarangku memberitahumu. Dia ingin agar kau tetap seperti itu, menggilai Gana. Dia tak ingin mengusik kegilaanmu itu katanya. Tapi sewaktu dia pulang dari Turki minggu lalu, dia akhirnya memintaku untuk mengenalkanmu langsung padanya. Karena itu aku bersikeras menginginkan kau melupakan Gana. Aku pikir, kau pasti akan menyukai sepupuku ini. Kalian sangat cocok.”
Dinara masih diam. Tapi, kali ini rasa sakitnya berangsur hilang. Tergantikan oleh perasaan yang entah apa namanya. Bahagia, terharu dan apalah itu. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana mungkin ini terjadi? Sementara itu, pemuda di hadapannya bersemu merah.
“Aku suka nama Gana. Aku ingin dipanggil begitu. Sungguh. Ah, tapi tak ada yang tahu hal itu. Semua orang malah memanggilku Rida.” Pemuda itu terdiam sesaat. Lalu dengan terbata ia melanjutkan. “Emm.. Apa.. apa kau mau ikut bersamaku ke Turki? Tentunya, setelah kita menikah di sini.” Pemuda bernama Rida Lenggana itu baru saja mengucapkan kata-kata yang sudah lama ingin ia sampaikan pada gadis dihadapannya. Gadis yang sudah ia sukai sejak pertama kali bertemu lima tahun lalu di suatu malam ketika ia menikmati malam terakhir di kota kelahirannya sebelum ia berangkat ke Turki. Perasaan lega, cemas dan bahagia bercampur aduk di hatinya.
Dinara tak kuasa menahan air matanya terjatuh kali ini. Biarlah semua orang melihat ia menangis saat ini. Karena toh selama ini tak ada yang tahu bagaimana ia menangis dalam kesendiriannya, bagaimana ia menangis menahan semua perasaannya, bagaimana ia menangis di setiap harapan yang ia panjatkan dalam doa-doanya. Biarlah...
Dinara mengeluarkan sapu tangan kotak-kotak biru muda bertuliskan nama Gana –yang selalu ia bawa kemanapun– dari tas tangannya. Sambil mengangguk ia berikan sapu tangan itu pada pemiliknya. “Terima kasih, untuk semuanya.” Ujarnya lirih sambil berurai air mata. Pemuda itu tersenyum saat menerima kembali sapu tangan miliknya.
Aivi melongo melihat pemandangan di hadapannya. “Ya ampun, jadi selama ini?”

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dan ketika harapan yang kita panjatkan dalam setiap doa-doa kita tak langsung dijawab-Nya dengan kata Ya atau Tidak, maka sesungguhnya Ia menjawab, “Tunggu, Aku akan berikan yang terbaik untukmu pada waktunya.”


Monday, June 9, 2014

Dari Balik Jendela Ini

( Minggu, 08 Juni 2014 )

Setiap ku terbangun dipagi hari..
Kurasakan setiap kehangatan mentari yang tersebar diudara dari balik jendela.

Dan dari balik jendela ini, ku lihat banyak harap yang bercampur disetiap kepakan sayap burung-burung kecil.

Setiap kata dalam harap yang bercampur itu terlihat sungguh berwarna.
Mewarnai bumi dengan penuh warna dan rasa.

Oh.. Seisi dunia ini begitu terasa mengagumkan bagiku..

Harapan...

Rasa...

Iyah... Sungguh sangat mengagumkan..
Bahkan jika mata ini tak bisa melihat mentari terbit dengan senyumnya, tapi ku akan menangkap angin yang berhembus lembut dengan rambutku...

Ku bahagia dan bersyukur..







MAP/080614

Tuesday, June 3, 2014

Ibu.. Boleh Aku Pinjam Pundakmu?




( Senin, 02 Juni 2014 )


Ibu....
Bolehkah aku pinjam sebentar pundakmu? Aku ingin bersandar sejenak di pundak Ibu...
Bersandar tuk sekedar mengistirahatkan Hati ku yang lelah...
Lelah akan kehidupan yang semakin lama, semakin berat ku rasa bu...

Ibu...
Hanya dipundak Ibu, bagiku tempat yang paling tenang, ternyaman, dan terindah dimuka bumi ini...
Tempat dimana ku bisa bercerita berbagai hal kepadamu...
Tempat dimana ku bisa menuangkan berjuta-juta perasaan...
Hanya dipundakmu itu Ibu, segala beban yang kurasa perlahan-lahan menghilang...

Ibu...
Terima kasih untuk pundakmu, yang selalu ada untuk aku bisa bersandar disana, bercerita disana, mencurahkan semua perasaan disana, tanpa kau sedikit pun terbebani atau mengeluh oleh adanya aku, anakmu yang bersandar disana...

Terima kasih Ibu...

( Kau satu-satunya sosok malaikat yang tampak, nyata, dan yang ku punya di bumi ini... Love You Mom.. )


MAP/020614

Saturday, May 24, 2014

Untuk Sebuah Nama



Untuk sebuah nama yang akan menjadi takdirku, sejauh apapun pengembaraanmu, akulah tempat berlabuh untuk menyempurnakan dienmu...

Untuk sebuah nama yang telah tertulis di lauhul mahfudz, Sebanyak apapun insaan yang singgah dihidupmu, akulah yang kelak menghiasi hari dan istanamu...

Untuk sebuah nama yang dipilihkan Allah untukku, seberat apapun kini perjuanganmu, akulah yang kelak akan mengusap keringat di setiap lelahmu...

Untuk sebuah nama yang Tertulis...

Untuk sebuah nama yang Terpilih...

Janganlah engkau bersedih hati, yakinlah bahwa takdir_Nya-lah yang kan menjadi bahagiaku dan juga bahagiamu...

Janganlah engkau berputus asa, yakinlah bahwa rahmat Allah akan senantiasa menaungi hamba-hamba_Nya yang beriman...

Dan kini...

Jemputlah aku dengan penuh kesungguhan...

Nantikanlah aku dengan penuh kesabaran...

Sambutlah aku dengan penuh rasa syukur pada_Nya...

Peliharalah aku dengan senantiasa menyebut Asma_Nya...

Aamiin Ya Rabbal" Aalamiin

Thursday, May 22, 2014

Aku Hanya Kehilangan..

"Seorang wanita telah meningalkan kekasihnya karena terlalu mengejar pria lain.

Pria ini tidak sedih, tidak menangis, tidak meraung-meraung, tidak marah-marah dan tidak bertindak kasar malah membiarkan wanita itu pergi.

Maka datang seorang teman menyapanya : "Kenapa kau tidak sedih dan mengapa kau biarkan saja dia pergi kepada Pria lain...?"

Pria itu menjawab : "Mengapa aku perlu bersedih.??

Aku hanya kehilangan seseorang yang tidak
pernah mencintai diriku sedangkan dia kehilangan orang yang benar-benar mencintainya.

Mungkin ALLAH sudah tentukan jodoh aku dengan orang yang lebih baik dari pada dia.

Dan buat apa memaksa orang yang sudah tidak mempunyai hati terhadap diriku.

Seandainya dia memang tercipta untukku dia akan kembali kepadaku.

''ALLAH itu Maha Adil lagi Maha Mengetahui".


" Jangan Buka Tas Ku!!! "


Pihak sekolah SMA Putri di kota Shan'a' yang merupakan ibu kota Yaman menetapkan kebijakan adanya pemeriksaan mendadak bagi seluruh siswi di dalam kelas. Sebagaimana yang ditegaskan oleh salah seorang pegawai sekolah bahwa tentunya pemeriksaan itu bertujuan merazia barang-barang yang di larang di bawa ke dalam sekolah, seperti : telepon genggam yang di lengkapi dengan kamera, foto-foto, surat-surat, alat-alat kecantikan dan lain sebagainya. Yang mana seharusnya memang sebuah lembaga pendidikan sebagai pusat ilmu bukan untuk hal-hal yang tidak baik..

Lantas pihak sekolah pun melakukan sweeping di seluruh kelas dengan penuh semangat. Mereka keluar kelas, masuk kelas lain. Sementara tas para siswi terbuka di hadapan mereka. Tas-tas tersebut tidak berisi apapun melainkan beberapa buku, pulpen, dan peralatan sekolah lainnya..

Semua kelas sudah dirazia, hanya tersisa satu kelas saja. Dimana kelas tersebut terdapat seorang siswi yang menceritakan kisah ini. Apa gerangan yang terjadi ?!

Seperti biasa, dengan penuh percaya diri tim pemeriksa masuk ke dalam kelas. Mereka lantas meminta izin untuk memeriksa tas sekolah para siswi di sana. Pemeriksaan pun di mulai..

Di salah satu sudut kelas ada seorang siswi yang di kenal sangat tertutup dan pemalu. Ia juga di kenal sebagai seorang siswi yang berakhlak sopan dan santun. Ia tidak suka berbaur dengan siswi-siswi lainnya, ia suka menyendiri, padahal ia sangat pintar dan menonjol dalam belajar..

Ia memandang tim pemeriksa dengan pandangan penuh ketakutan, sementara tangannya berada di dalam tas miliknya !

Semakin dekat gilirannya untuk di periksa, semakin tampak raut takut pada wajahnya. Apakah sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut dalam tasnya ?!

Tidak lama kemudian tibalah gilirannya untuk di periksa..

Dia memegangi tasnya dengan kuat, seolah mengatakan demi Allah kalian tidak boleh membukanya !

Kini giliran di periksa, dan dari sinilah di mulai kisahnya...

"Buka tasmu wahai putriku.."

Siswi tersebut memandangi pemeriksa dengan pandangan sedih, ia pun kini telah meletakkan tasnya dalam pelukan..

"Berikan tasmu.."

Ia menoleh dan menjerit, "Tidak...tidak...tidak.."

Perdebatan pun terjadi sangat tajam..

"Berikan tasmu.." ... "Tidak.." ... "Berikan.." ... "Tidak.."

Apakah sebenarnya yang membuat siswi tersebut menolak untuk dilakukan pemeriksaan pada tasnya ?!

Apa sebenarnya yang ada dalam tas miliknya dan takut dipergoki oleh tim pemeriksa ?!

Keributan pun terjadi dan tangan mereka saling berebut. Sementara tas tersebut masih di pegang erat dan para guru belum berhasil merampas tas dari tangan siswi tersebut karena ia memeluknya dengan penuh kegilaan !

Spontan saja siswi itu menangis sejadi-jadinya. Siswi-siswi lain terkejut. Mereka melotot. Para guru yang mengenalnya sebagai seorang siswi yang pintar dan disiplin (bukan siswi yang amburadul), mereka terkejut melihat kejadian tersebut..

Tempat itu pun berubah menjadi hening..

Ya Allah, apa sebenarnya yang terjadi dan apa gerangan yang ada di dalam tas siswi tersebut. Apakah mungkin siswi tersebut.... ??

Setelah berdiskusi ringan, tim pemeriksa sepakat untuk membawa siswi tersebut ke kantor sekolah, dengan syarat jangan sampai perhatian mereka berpaling dari siswi tersebut supaya ia tidak dapat melemparkan sesuatu dari dalam tasnya sehingga bisa terbebas begitu saja..

Mereka pun membawa siswi tersebut dengan penjagaan yang ketat dari tim dan para guru serta sebagian siswi lainnya. Siswi tersebut kini masuk ke ruangan kantor sekolah, sementara air matanya mengalir seperti hujan..

Siswi tersebut memperhatikan orang-orang disekitarnya dengan penuh kebencian, karena mereka akan mempermalukannya di depan umum !

Karena perilakunya selama satu tahun ini baik dan tidak pernah melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka kepala sekolah menenangkan hadirin dan memerintahkan para siswi lainnya agar membubarkan diri. Dan dengan penuh santun, kepala sekolah juga memohon agar para guru meninggalkan ruangannya sehingga yang tersisa hanya para tim pemeriksa saja..

Kepala sekolah berusaha menenangkan siswi malang tersebut. Lantas bertanya padanya, "Apa yang engkau sembunyikan wahai putriku..?"

Disini, dalam sekejap siswi tersebut simpati dengan kepala sekolah dan membuka tasnya !

Detik-detik yang menegangkan..

Ya Allah, apa sebenarnya benda tersebut ?

Coba tebak.. ?

Di dalam tas tersebut tidak ada benda-benda terlarang atau haram, atau telepon genggam atau foto-foto, demi Allah, itu semua tidak ada !

Tidak ada dalam tas itu melainkan sisa-sisa roti..

Yah, itulah yang ada dalam tas tersebut !

Setelah mengorek informasi dari siswi tersebut seputar roti itu..

Setelah merasa tenang, siswi itu berkata, "Sisa-sisa roti ini adalah sisa-sisa dari para siswi yang mereka buang di tanah, lalu aku kumpulkan untuk kemudian aku sarapan dengan sebagiannya dan membawa sisanya kepada keluargaku. Ibu dan saudari-saudariku di rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka santap di siang dan malam hari bila aku tidak membawakan untuk mereka sisa-sisa roti ini..

Kami adalah keluarga fakir yang tidak memiliki apa-apa. Kami tidak punya kerabat dan tidak ada yang peduli pada kami..

Inilah yang membuat aku menolak untuk membuka tas, agar aku tidak dipermalukan di hadapan teman-temanku di kelas, yang mana mereka akan terus mencelaku di sekolah, sehingga kemungkinan hal tersebut menyebabkan aku tidak dapat lagi meneruskan pendidikanku karena rasa malu. Maka saya mohon maaf sekali kepada Anda semua atas perilaku saya yang tidak sopan.."

Saat itu juga semua yang hadir menangis sejadi-jadinya, bahkan tangisan mereka berlangsung lama di hadapan siswi yang mulia tersebut..

Maka tirai pun di tutup karena ada kejadian yang menyedihkan tersebut, dan kita berharap untuk tidak menyaksikannya..

Karenanya wahai saudara dan saudariku, ini adalah satu dari tragedi yang kemungkinan ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan dan desa kita sementara kita tidak mengetahuinya atau bahkan kita terkadang berpura-pura tidak mengenal mereka..

Wajib bagi seluruh sekolah dan pesantren untuk mendata kondisi ekonomi para santri-santrinya agar orang yang ingin membantu keluarga fakir miskin dapat mengenalinya dengan baik..

Kita memohon kepada Allah agar tidak menghinakan orang yang mulia dan memohon pada-Nya agar Dia selalu menjaga kaum Muslimin di setiap tempat..















(Sumber Majalah Islam Internasional Qiblati)

Monday, May 19, 2014

Misteri Ibu



Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?". Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak". "Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.

"Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."

Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?" Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan". Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya.
Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya-tanya, mengapa wanita menangis.

Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"
Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.

Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.

Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.

Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.

Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya.

Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.

Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?

Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.

Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".

Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, karena di kakinyalah kita menemukan surga.

Kasih ibu itu seperti lingkaran, tak berawal dan tak berakhir. Kasih ibu itu selalu berputar dan senantiasa meluas, menyentuh setiap orang yang ditemuinya. Melingkupinya seperti kabut pagi, menghangatkannya seperti mentari siang, dan menyelimutinya seperti bintang malam.








Sunday, May 18, 2014

Sore dan Malam Itu

( Selasa, 13 Mei 2014 )
     Hari ini jadwal nya Dia untuk kuliah sore nanti. Tapi sebelumnya, ku ingin menceritakan awal Dia mulai kuliah dulu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

     Bermula di hari Senin, tanggal 28 April 2014 ini Dia memulai kuliah pertama kali. Dia mengambil kelas eksekutif, karena kelas ini yang memungkinkan Dia untuk bisa kuliah sambil kerja. Fakultas yang Dia ambil itu Fakultas Teknologi Informatika, jurusan Sistem Informasi. Secara Dia memang hobi dalam bidang komputer dan ingin memperdalam ilmunya yang didapat dari teman-temannya atau pihak luar lainnya. Cerita sebelumnya, Dia sudah mendapat kenalan yang bernama Yudha pada saat acara briefing untuk mahasiswa baru, sehingga mereka berdua sengaja janjian untuk mencari info kelas. Setelah sudah mengetahui dimana kelasnya, mereka langsung menuju kelas tersebut yang terletak dilantai 2, dan ternyata didepan kelas sudah ramai dengan mahasiswa baru yang satu kelas dengan mereka.
     Tak lama dosen datang, semua mahasiswa baru termasuk Dia pun masuk kelas. Terasa asing buat Dia memasuki kelas dengan melihat wajah-wajah baru didalamnya, tetapi Dia juga merasa seperti nostalgia sewaktu masa sekolah dulu. Pak dosen memulai memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang mata kuliah yang diajarkan saat itu, sampai akhirnya bapak dosen memberikan tugas ke mereka(mahasiswa) dimana diharuskan membuat group di media sosial chat, untuk berdiskusi dan E-learning.
     Awalnya masih banyak yang canggung untuk ikut group di sosial chat itu, yah mungkin takut jadi mengganggu kesibukan-kesibukan mereka diluar kuliah. Bagi Dia, hal itu tidak terlalu membuat khawatir dan jadi senang, karena Dia pun jadi mengenal "Yogha" si ketua kelas yang juga membuat group di sosial chat, "Hakim" teman satu kantor Yogha, "Richard" suka dipanggil kokoh, karena dia keturunan China, "Andi" teman pulang Dia karena rumah Andi satu kawasan dengan Dia, "Danang" si Bapak yang suka melucu, dan masih banyak lagi (Kalau disebutin semua.. udah seperti absen dikelas dong.. hehehe :p).
     Karena group itu, mereka semua pun saat ini jadi bisa kenal dan dekat satu sama lainnya dan bisa berbagi masalah tugas atau hal-hal dalam pelajaran yang sekiranya sulit dan butuh diskusi dengan yang lain.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Itu cerita singkat yang ku bisa ceritakan tentang awal Dia mulai kuliah. Oke.. Sekarang kita lanjutin lagi cerita tentang Dia yang harus masuk kuliah dimana jadwal mata kuliah sore ini itu Algoritma dan Struktur Data. Buat Dia, jadwal mata kuliah ini yang ditunggu tetapi mata kuliah ini juga yang buat Dia agak sedikit kepusingan jadinya.


     Langit juga sudah mulai terlihat mendung sore ini, Dia yang masih di kantor berharap saja agar jangan dulu turun hujan sebelum berangkat dan sampai di kampus, secara perjalanan ke arah kampus lumayan cukup jauh, dan kalau hujan, di jalan arah kesana bisa macet parah.
     Waktunya tiba tuk Dia pulang kerja dan bersiap berangkat ke kampus dan syukurnya, langit juga tidak terlalu mendung saat itu. 50 menit berlalu, ternyata di kawasan daerah dekat kampus tadi sempat turun hujan, karena sepanjang aspal jalanan jelas terlihat basah, dan syukurnya lagi, Dia sudah tiba di kampus setelah hujannya reda. Setelah memarkirkan kendaraan, Dia langsung menuju kelas yang ternyata sudah ada beberapa orang temannya disana. Satu persatu yang lain pun datang, gak lama semua temannya dikelas hadir, dan sekarang tinggal menunggu si dosen datang.

     Seisi kelas pada sibuk mengerjakan soal latihan dari materi pertemuan sebelumnya, karena Dia sudah mengerjakan dirumah semua soal latihan dari materi pertemuan kemarin, jadi sambil menunggu dosen datang, Dia hanya main game saja dihandphonenya (Jangan ditiru yah.. :p) padahal jelas sekali teman-temannya yang lain pada sibuk ngerjain soal latihan itu. Lagi asik-asik main game, Dia dikagetkan sama Richard yang tiba-tiba tanya masalah penulisan program dan hasilnya dari soal latihan materi kemarin. Karena Dia sudah tahu hasilnya, jadi Dia menyuruh langsung mempraktekkannya saja dengan memakai laptop yang Richard bawa, supaya Dia bisa menjelaskan satu persatu tahap-tahapnya.
     Gak lama berselang, datang Yogha si ketua kelas. Yogha datang untuk memberitahu kalau pak dosen tidak bisa hadir dan jadinya kelas diliburkan hari ini. Yogha pun gak cuma sekedar ngasih tahu tentang pak dosen yang tak bisa hadir saat itu, tapi Yogha juga iseng. Dengan suara lantang, Yogha memberitahu seisi kelas, jika masih ada yang bingung dengan soal latihan Algoritma bisa tanya langsung sama Dia. Akibat keisengannya Yogha itu, Dia udah seperti semi-dosen deh ( ><), dimana Dia dipaksa ngejelasin jawaban satu persatu dari soal latihan oleh seisi kelas. Padahal Dia tadinya cuma mau ngebantu Richard doang.
     Karena Dia ngga mau nantinya dibilang paling bisa dalam mengerjakan soal latihan Algoritma itu, Dia pun buat semacam diskusi, biar semuanya pun bisa mengeluarkan pendapat masing-masing dan bisa tukar pikiran juga..
     Waktu pun menunjukan jam 20.30, tak terasa sudah 1 jam berdiskusi masalah soal latihan itu, dan sekarang waktunya Dia tuk pulang.

===========================

Maaf yah saya baru bisa nge-Post-ing cerita lagi sekarang. Karena memang akhir-akhir ini lagi bener-bener disibukkan sama urusan didunia nyata, ditambah suka gak dapet ide atau lagi nge"Blank" buat nulis..
( >~<)

Saturday, May 10, 2014

Aku, Malam Ini..

(Sabtu, 10 Mei 2014)
12:21 AM



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tengah malam.
Dia sama sekali belum mengantuk saat ini. Sambil bersender di jendala kamar, dia menikmati sepinya malam ini.
Sungguh tenang yang ia rasakan...
Sudah lama dia tak pernah menikmati ketenangan malam seperti ini, semenjak dirinya sudah mulai disibukkan sama urusan-urusan didunia nyata yang makin hari semakin banyak dan hanya diwaktu-waktu tengah malam seperti ini, dia bisa santai tuk sejenak. Malam ini langitnya juga tidak terlalu banyak awan, hingga bintang-bintang pun banyak terlihat jelas dan indah. Sang rembulan juga ikut menemani dia yang sedang menikmati malam ini dari balik jendela kamarnya.

Entah kenapa, dia merasa ingin nostalgia untuk mengingat kenangan-kenangan yang berkesan dimasa lalu sampai saat ini. Semua kenangan-kenangan dari keadaan susah, senang, suka, duka dan semuanya. Terasa seperti sebuah film, setiap momen-momennya itu terbayang diingatannya. Hingga dia tersenyum kecil, disaat dirinya teringat kenangan seru di masa sewaktu SMA dulu. Teringat akan kamarnya ini yang menjadi tempat kumpul teman-teman sekolah dia, bolos sekolah bareng-bareng, makan bareng, cinta monyet, dan masih banyak lagi kejadian-kejadian seru lainnya. Dia pun juga teringat akan kenangan sedih, dimana dia harus berpisah selamanya dengan salah satu orang yang ia sayangi yaitu Ayah. Dan masih banyak lagi momen-momen yang mungkin ngga bisa diceritakan satu per satu di sini.

Hanya senyuman kecil di raut wajahnya yang dia bisa gambarkan dengan mengenang itu semua. Tersenyum, karena setiap kenangan itu sekarang menjadi sebuah buku-buku yang berisi cerita indah beserta pelajaran yang tersusun rapih didalam hati dan pikiran kita semua.

Asyik bernostalgia mengenang kejadian di masa lalu, sampai tak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat. Sudah saatnya dirinya beristirahat untuk menyambut dan menghadapi hal-hal baru di esok hari.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Mungkin agak gak penting yah dari cerita singkat yang ku tulis diatas :p, tapi itu cerita singkat yang bisa ku bagi malam ini.
Semoga terhibur.. ( ^-^)

Friday, May 9, 2014

Jangan Terlalu Berharap

Mencintai itu ibarat menggenggam sebuah pisau ditangan, ia akan membuat kita terluka ketika kita menggenggamnya terlalu erat.

Akan tiba saatnya dimana kita harus berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu berhenti mencintai kita, atau karena ia tidak memperdulikan kita lagi,melainkan saat kita menyadari bahwa orang itu akan lebih bahagia apabila kita melepasnya.

Tetapi, apabila kita benar-benar tulus mencintai seseorang, jangan dengan mudah kita melepaskannya.

Cintai seseorang tanpa melihat, tanpa mendengar dengan setulus hati dan seutuhnya rasa yang kita miliki

Sebab bila mencinta dengan pandangan disaat ia buyar bisa saja cinta itu pupus.

Bila mencintai dengan pendengaran, disaat tak terdengar lagi bisa saja cinta itu hilang.

Mencintai seseorang bukan apa-apa, jangan terlalu berharap akan balasannya.

Dicintai seseorang adalah sesuatu yang bisa menjadi berkah dan bisa juga menjadi fitnah.

Dicintai oleh orang yang kita cintai sangatlah berarti, maka syukuri dan nikmati.

Tetapi dicintai Sang Maha Pencipta adalah segala-galanya, karena segala macam cinta ada dalam genggaman-Nya.

Wednesday, May 7, 2014

Menikahlah Untuk...

Kalau MENIKAH hanya karena KECANTIKAN
Jika sudah gak cantik pasti dilupakan

KalaU MENIKAH hanya karena POPULARITAS
Jika sudah tidak populer pasti ditinggalkan

Kalau MENIKAH hanya untuk menyalurkan SYAHWAT
Jika sudah tidak bisa meladeni pasti diduakan

Kalau MENIKAH hanya karena KEKAYAAN
Jika sudah miskin dan tak punya apa-apa pasti dijauhi

Kalau MENIKAH karena ALLAH..
Maka kekurangan kan dilengkapi
Kelemahan akan ditutupi
Kelebihan akan disyukuri

Karena..
MENIKAH untuk ibadah
MENIKAH untuk sakinah
MENIKAH untuk bertemu di JANNAH


Pesan Bapak Untuk Anaknya Di Facebook

Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya. Login facebook. Pertama kali yang dicek adalah inbox.
Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak pernah dia pedulikan selama ini. Ada 2 dua pesan yang selama ini ia abaikan. Pesan pertama, spam. Pesan kedua…..dia membukanya.
Ternyata ada sebuah pesan beberapa bulan yang lalu.

Diapun mulai membaca isinya:

“Assalamu’alaikum. Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan facebook. Bapak mencoba menambah kamu sebagai teman sekalipun Bapak tidak terlalu paham dengan itu. Lalu bapak mencoba mengirim pesan ini kepadamu. Maaf, Bapak tidak pandai mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.

Bapak hanya sekedar ingin mengenang. Bacalah !

Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu asyik memanggil : Bapak, Bapak, Bapak. Bapak Bahagia sekali rasanya anak lelaki Bapak sudah bisa me-manggil2 Bapak, sudah bisa me-manggil2 Ibunya”.

Bapak sangat senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan ketika umurmu 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Bapak dan Ibumu bicara dengan kamu sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap saat.walaupun hanya dengan mendengar gelak tawamu.

Saat kamu masuk SD, bapak masih ingat kamu selalu bercerita dengan Bapak ketika membonceng motor tentang apapun yang kamu lihat di kiri kananmu dalam perjalanan.

Ayah mana yang tidak gembira melihat anaknya telah mengetahui banyak hal di luar rumahnya.

Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya kamu ke sekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan. Bapak sangat mengiginkan kamu menjadi anak yang pandai dan taat beribadah.

Masih ingat jugakah kamu, saat pertama kali kamu punya HP? Diam2 waktu itu Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum punya HP sementara kawan2mu sudah memiliki.

Ketika kamu masuk SMP kamu sudah mulai punya banyak kawan-kawan baru. Ketika pulang dari sekolah kamu langsung masuk kamar. Mungkin kamu lelah setelah mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar kamar hanya pada waktu makan saja setelah itu masuk lagi, dan keluarnya lagi ketika akan pergi bersama kawan-kawanmu.

Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan Bapak. Tahu2 kamu sudah mulai melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Kamu mencari kami saat perlu2 saja serta membiarkan kami saat kamu tidak perlu.

Ketika mulai kuliah di luar kotapun sikap kamu sama saja dengan sebelumnya. Jarang menghubungi kami kecuali disaat mendapatkan kesulitan. Sewaktu pulang liburan pun kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu, dengan internet kamu, dengan dunia kamu.

Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah kawan-kawanmu itu lebih penting dari Bapak dan Ibumu? Adakah Bapak dan Ibumu ini cuma diperlukan saat nanti kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?

Kamu semakin jarang berbicara dengan Bapak lagi. Kalau pun bicara, dengan jari-jemari saja lewat sms. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, malah menjadi-jadi.

Malam ini, Bapak sebenarnya rindu sekali pada kamu.

Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma Bapak sudah merasa terlalu tua. Usia Bapak sudah diatas 60 an. Kekuatan Bapak tidak sekuat dulu lagi.

Bapak tidak minta banyak…

Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada di sisi bapak. Berbicara tentang hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada Bapak. Mengadu pada Bapak.Bercerita pada Bapak seperti saat kamu kecil dulu.

Andaipun kamu sudah tidak punya waktu sama sekali berbicara dengan Bapak, jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Alloh.
Jangan letakkan cintamu pada seseorang didalam hati melebihi cintamu kepada Alloh.
Mungkin kamu mengabaikan Bapak, namun jangan kamu sekali2 mengabaikan Allah.

Maafkan Bapak atas segalanya. Maafkan Bapak atas curhat Bapak ini. Jagalah solat. Jagalah hati. Jagalah iman. ”

Pemuda itu meneteskan air mata, terisak. Dalam hati terasa perih tidak terkira...................
Bagaimana tidak ?
Sebab tulisan ayahandanya itu dibaca setelah 3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya.













 Dari

Sunday, May 4, 2014

Tiga ajah

( Senin-Selasa-Rabu, 21-22-23 April 2014 )

Untuk di tiga hari ini, mungkin tidak banyak yang bisa diceritakan. Cuma sekedar kejadian-kejadian yang dia lihat di jalan. Berawal di senin siang, pada saat jam istirahat kerja. Dia pada saat itu hanya ingin membeli jus, tapi tak sengaja dia melihat pemandangan yang gak biasa menurut dia. Sembari menunggu, dia melihat seorang pengendara motor yang membawa sekantong kentang, dimana saat itu kentangnya berjatuhan. Si pengendara motor pun berhenti, menyadari kentang-kentang bawaannya terjatuh. Tetapi orang-orang yang dekat dengan si pengendara motor tidak ada yang membantu, hanya seorang pemulung barang bekas yang kebetulan sedang berjalan di situ, yang membantu si pengendara motor mengumpulkan kentang-kentang itu.
     Cukup membuat dia sedikit tercengang melihat hal itu, dimana ada beberapa orang di dekat sana tapi hanya melihat, sedangkan seorang pemulung barang bekas yang memang saat itu sedang melintas yang ikhlas membantu. Memang keras hidup dikota jaman sekarang. Terkadang yang dekat cuma diam, tapi yang jauh yang bergerak.

     Berlanjut ke hari berikutnya. Selasa sore disaat dia di perjalanan pulang ke rumah setelah bekerja. Tepat didepan matanya, seorang ibu mengendarai motor sambil membawa barang dagangannya dan membonceng anaknya yang sepulang sekolah, mendadak jatuh mengenai mobil yang terparkir di pinggir jalan. Reflek, dia pun lalu membantu membangunkan ibu itu dan meminggirkan motornya si ibu. Orang yang mobilnya terparkir pun ikut membantu, dan menanyakan keadaan si ibu itu. Syukurnya semua baik-baik saja.
      Si ibu itu mendadak terjatuh dari motornya karena kepalanya sudah terlalu pusing saat itu, sehingga tidak bisa mengontrol motornya. Memang pada hari ini cuacanya panas menyengat. Si ibu pun juga agak memaksa dirinya melakukan semua aktifitasnya walau badannya kurang sehat. Hebatnya sang Ibu itu, demi keluarganya dia memaksakan badannya yang kurang sehat, sampai-sampai si ibu ngalamin kejadian jatuh dari motor.

     Rabu malam. Saat dia mengantri untuk mengisi bensin motornya, dan pas didepan dia ada seorang bapak yang membawa anaknya juga ikut mengantri, tetapi anaknya itu cacat mental. Untung saja si bapak mengisi bensin motornya malam disaat antrian kendaraan sedikit, coba kalau siang-siang saat lagi rame antriannya, bisa-bisa diteriakin sama orang-orang yang mengantri dibelakang. Secara si bapak itu sibuk mengatur anaknya yang tidak bisa disuruh diam menunggu. Semua mata pun tertuju pada mereka, seakan-akan melihat sesuatu yang aneh. Walau harus mondar-mandir dari antrian  ke anaknya beberapa kali, si Bapak tetap sabar untuk menjaga anaknya dan tetap berbicara memberitahu untuk tetap diam dengan lembut ke anaknya yang cacat mental itu tanpa ada rasa marah sedikit pun. Dia kagum dengan melihat si Bapak seperti itu, yang tetap sabar dan sayang kepada anaknya walau keadaan anaknya ngga normal seperti anak-anak lainnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

     Karena yang nulis lagi sibuk didunia nyata, (Agak sedikit capek nulis cerita panjang-panjang juga.. hehehe :p), jadi itu aja yah cerita singkat yang bisa di bagi dari apa yang dia lihat dan alami dalam 3 hari itu. See you..

Tuesday, April 29, 2014

Hari Minggu

( Minggu, 20 April 2014. )
     Huaa.. ( ^o^)/ Hari minggu ini cuacanya cerah banget. Langitnya biru, awan-awannya juga bagus, anginnya yang berhembus sejuk.  Hari yang bagus untuk jalan-jalan, tapi... ("-_-) Haduhh..

    Dia masih tertidur di pagi ini. Padahal dia subuh tadi sudah bangun buat shalat subuh, tapi karena dia pikir hari ini hari minggu dan itu berarti dia libur kerja, jadi sehabis ibadah langsung tidur lagi deh.
     Jam sudah menunjukkan pukul 09.50, dia pun baru terbangun jam segitu. Dan bukannya langsung mandi, tapi malah cuci muka terus langsung ke dapur buat segelas kopi. (Jangan ditiru yah.. :p) Sehabis buat kopi, langsung balik lagi ke kamar, ngambil remote tv, liat-liat channel tv yang menurut dia bagus buat ditonton. Hitung-hitung ngilangin ngantuk yang sedikit masih nyangkut dimata dia. Asik ngopi sambil nonton tv, gak kerasa udah jam 12.10, dan dia baru mau mandi jam segitu. (Sekali lagi jangan ditiru yah.. hehe) Selesai mandi, dia ngeliat lampu notifikasi di handphone-nya yang menandakan ada pesan masuk. Dan pesan itu dari saudaranya yang minta tolong mengantar aki motor saudaranya yang tertinggal dirumah dia. Yah, kebetulan juga, daripada dia dirumah saja hari minggu ini, jadi dia sekalian main kerumah saudaranya.
     Memang ada berkahnya kalau main sekaligus silaturahim ke tempat saudara, secara dia baru saja sampai disana, udah disuguhin makanan-makanan dan salah satunya, ada pisang goreng kesukaan dia ditambah segelas kopi juga. Lagi asik ngemil sama ngopi, handphone-nya bunyi. Ternyata dia mendapat pesan di BBM dari Mutiara. Di pesan itu si Mutiara nanya tentang info guru yang bisa bahasa isyarat tuna rungu, buat dia belajar. Rencananya sih, si Mutiara ingin ngajar anak-anak penderita tuna rungu, kalau sudah bisa bahasa isyarat itu.
     Dia pun coba buat menolong cari informasi tentang guru itu. Tanya sana-sini, dan akhirnya ada salah satu temannya yang tahu informasi kalau teman dia ada kenalan guru yang mengajar di SLB (Sekolah Luar Biasa). Langsung saja dia memberitahu Mutiara, tapi dengan agak sedikit becandaan.
"Ada inpo nih guru yang ngajar di slb.. tpi dri sigurunya blom ada balesan..
Inpo lebih lanjut ketik reg(spasi)slb kirim ke 123456789.. hihihi"
"Hahaha.. seriusss nihh,,tapi oke deh buat inponya,tnx yaah" jawab Mutiara.
Dia pun lanjut bertanya.
"Lagi dimana emang Muth?"
"Lagi di sawarna nih,,berasa di negri antah berantah signyal SOS gilee,,maap maap kalo bales bisa sampenya setahun hehehehe"
"Hihihi.. coba beli dlu sinyalnya diwarung biar nambah.. :p". Dia jawab dengan becandaan lagi.
"Haha,,nti dilanjut lgi ya bang,,mau siap siap bwt plang". Jawab Mutiara buat mengakhiri obrolan kali ini.
     Seharian ini dia dirumah saudaranya dan ngobrol banyak sama orang-orang disana, tak terasa juga sampai malam. Tiba-tiba saudaranya mengajak mancing malam ini di danau yang tidak jauh dari rumah saudaranya itu. Gak berpikir panjang lagi, dia dan saudaranya langsung berangkat mancing ke danau. Wah.. ternyata suasananya tenang banget di sisi bagian selatan danau, ditambah pemandangan lampu-lampu yang warna-warni di warung dan rumah makan yang berjejer di sisi utara danau, jadi sudah cukup buat dia merasa rileks. Sambil mancing, dia dan saudaranya juga ngobrol banyak hal dan banyak pelajaran yang bisa dia ambil juga dari obrolan itu.
     Malam pun semakin larut, mereka berdua juga sudah membereskan semua perlengkapan mancing dan waktunya untuk pulang menyudahi aktifitas hari ini.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Lumayanlah buat dia hari ini, setidaknya dia gak cuma liburan dirumah.
Mungkin itu ajah cerita yang bisa dibagi kali ini. Gak tau cerita diatas nyambung apa ngga, secara yang nulisnya juga udah ngantuk banget.. hehehe :p
Yasudah klo begitu...
See you..

Saturday, April 26, 2014

"Biarlah.."

( Sabtu, 19 April 2014 )
     Sebenarnya dihari ini semuanya normal-normal saja, kegiatan pun juga sama seperti biasanya. Tetapi, sorenya sehabis pulang kerja, gak tahu kenapa dia tiba-tiba kepikiran orang dan kejadian dimasa lalu. Padahal dari bangun tidur sampai sore ini, sedikit pun gak kepikiran yang begitu. Dia jadi ngerasa aneh dari pikirannya sendiri, karena walau teringat sama orang dan kejadian di masa lalu itu, malah jadi muncul hal baru atau bisa dibilang jawaban dari kejadian itu. Memang, sewaktu dulu sih, pada saat dia mengalami kejadian itu, dia sempat bertanya-tanya. Kenapa hal itu bisa terjadi seperti ini? Apa maksud dari semua perkataan-perkataan yang terucap? Tetapi karena dia gak nemuin jawabannya, jadi dia membiarkannya saja berlalu.

     "Biarlah..". Kata itu yang dia ucap dalam hatinya. Secara menurutnya, hal itu terjadi di masa lalu, dan udah gak ada urusannya lagi dengan dia. Tapi dari itu dia pun bersyukur, mungkin ini petunjuk dan jawaban yang dia dapat dari pertanyaan-pertanyaan dia dulu. Setidaknya, dari ingatan masa lalu yang tiba-tiba muncul itu, ada hal positif yang bisa dia diambil dan jadi pelajaran tambahan buat dirinya.