Saturday, July 19, 2014

Aku Akan Menikah Setelah Engkau Menikah Ukhti


Kisah Nyata (Sebuah Janji Laki-Laki Shaleh)

Bagaimana Kabar Iman-Mu hari Ini..??
Semoga Dirimu baik-baik saja disana, disini aku selalu menanyakan hal itu, walaupun aku berbicara dengan kenangan kita. dalam rindu Aku selalu bertanya. saat ini hatiku sangat merana.

Saat ini diriku sangat kesepian tanpa mu Ukhti, Semalam Aku bermimpi mengenai akhir kisah kita, air mataku tak terkira jatuh berderai. pernah dirimu mengingat tentang perkataanku kepadamu Ukhti, Aku telah berjanji terhadap dirimu bahwa jika memang Allah tidak mempertemukan kita di jalur pernikahan, Insyaallah Aku akan menikah setelah dirimu di ijab kabulkan oleh orang lain Ukhti…

”Selamat ya akhi (……), Ukhti (….), semoga bahagia,” ucapku dengan kekuatanku saat mengucapkan kalimat itu.  Rasanya tak kuat aku ingin menangis. Bayangkan seorang Ukhti yang selama ini diam-diam aku sukai, menikah dengan orang yang lebih mendalam pengajiannya dari diriku. Sakit rasanya.

”Aku turut bahagia, ya Ukhti,” berat sekali rasanya bibirku mengatakan kata itu. Sesak rasanya aku mengatakan hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan hatiku sendiri. seperti itulah peristiwa mimpi yang menimpaku semalam.

setelah menyalami dirimu Ukhti dan Suamimu di pernikahanmu, Suami mu menyuruh diriku untuk mencicipi hidangan saat itu, sakitnya hati ini Ukhti melihat dirimu begitu romantisya berada di pelaminan itu.

”Ya Allah lengkap sudah. Kenapa harus di hadapanku. Sakit sekali,” batinku. Mungkin karena sudah tidak tahan lagi, aku menangis. Di pestamu pernikahan mu Ukhti .

Seseorang menanyakan sesuatu kepadaku Kenapa menangis ya Akhi?” dirimu sempat kaget melihat aku seperti itu. Suami mu pun memperhatikanku juga. Aku tahu dia juga merasakan apa yang aku rasakan.

”Nggak aku nggak apa-apa. Aku menangis karena aku sangat bahagia melihat sahabat-sahabatku sudah menikah. Dengan orang yang subhanallah, cocok buat dia,” aku menyesal mengatakan hal ini. Aku nggak mau. Sakit jawabku dalam hati lirih ini.

”Maaf Ukhti dan kepada suami mu, sepertinya aku harus pergi, aku mau jemput sahabatku yang sedang menunggu, tanpa basa-basi aku pergi. Aku tidak kuat melihat mereka duduk berduaan, becanda di hadapanku. Rasanya aku ingin sekali teriak. Di jalan aku menangis. Aku tak peduli apa kata orang yang melihat Aku seperti itu.

Tiba-tiba sahabatku menelpon ku, Aku masih menangis, sahabatku berkata kamu dimana, sudah lama aku menunggu, maaf aku lagi dalam perjalanan mendengar suaraku yang terisak-isak, kamu kenapa, menangis ya. Kamu dari mana tanya sahabatku, aku mengatakan aku dari pesta perkawinan dirimu Ukhti, sahabatku langsung mencariku dan akhirnya kami bertemu.

Aku berkata terhadap sahabatku, Kenapa aku harus mengalami ini ? Kalau akhirnya dia menikah dengan orang lain, kenapa dulu seolah-olah dia memberikan aku harapan. Kenapa aku mesti dipertemukan dengan dia” aku semakin menangis.

Sahabatku berkata kamu nggak boleh bicara seperti itu. Itu ujian dari Allah buat kamu . Walaupun sakit. Tapi kamu juga harus bersyukur, karena kamu diberi kesempatan untuk bisa merasakan cinta dan suka pada perempuan.

Bukankah selama ini kamu belum pernah merasakannya? Iya kan?  ingat  waktu MAN dulu kamu pernah bilang kan sama aku, kalau kita tidak boleh mencintai manusia melebihi kita mencintai Allah. Ingat kan? Kenapa kamu kayak gini,” sahabatku benar, aku mengiyakan dalam hati. Tenang sekali ketika Sahabatku berbicara seperti itu.
”Astaghfirullahal ’adzim, Ya Allah ampuni aku,” aku pun berhenti menangis. Meski luka itu masih jelas terasa.

”Ayo kita pulang,” sahabatku mengajakku untuk pulang.

Luka itu masih menempel lekat di hatiku. Ukhti,  Aku lupa dari mana awalnya aku kenal denganmu. Tapi yang pasti dirimu adalah wanita yang sholehah, pintar, luas ilmu agamanya, murah tersenyum dan ada hal-hal yang unik yang tidak dimiliki wanita lain. Banyak IKhwan yang menyukaimu. Termasuk aku.

Ukhti sebenarnya sudah bilang akan berta’aruf denganku. Tapi karena aku harus mencari uang untuk biaya studiku dan pekerjaanku yang tak menentu penghasilannya. sebenarnya AKu ingin menikahinya tapi ia masih belum mau menikah karena ia masih terlalu dini untuk menikah. mungkin emang ini kenyataanku dalam mencintaimu Ukhti.
Terakhir Aku mau menyampaikan tentang mimpiku semalam, bahwa jika aku mengalami hal ini aku akan sangat sedih sekali, namun aku bersyukur di berikan Amanah mimpi seperti ini karena aku bisa lebih tawakkal kepada Allah SWT.  Entahlah, mungkin sebuah kalimat bahwa aku tidak tahu dan sekarang aku tidak mau tahu.

Aku telah berjanji pada diriku sendiri, Aku tidak akan menikah sebelum dirimu menikah Ukhti, walaupun jodoh itu Rahasia Allah. Saat ini aku hanya bisa memperbaiki dan belajar lebih baik lagi. Jika ada lelaki Shaleh yang akan menikahimu dan lebih matang penghasilannya dari diriku, terima lah. Insyaallah aku ikhlas dan akan mendo’akan kebahagiaanmu.

Mimpi semalam yang aku alami ini telah memberikan aku inspirasi akan hakikat mencintai. Maafkan jika sampai saat ini dan sampai akhir dirimu akan di khitbah orang lain aku tidak akan melupakanmu. Semoga dirimu menemukan lelaki yang shaleh, pintar dan berkpribadian mulia. Amin.

Maafkan Aku…..

No comments:

Post a Comment