Wednesday, March 26, 2014

Tak Usah Kita Berpuisi Lagi


Tanpa kita sadari, kita berpuisi dengan penuh benci, penuh dendam, penuh amarah, dan emosi.
Sebagai barang bukti, kita berpuisi bercampur dengan daki.

Di atas kertas putih itu, kita letakkan potongan tangan, kaki, dan kepala.
Kita berdiri dengan kaki mengangkang, dibalut jubah kesombongan.

Tak adakah lagi puisi yang berisi bening mata air?
Tak adakah lagi puisi yang berisi murni embun pagi?
Mengapa ia kita campur ke ladang yang tak bernurani?

Sudahlah cukup mereka saja! Kita tak usah.

Kita cari dunia yang lebih wangi.
Tanpa darah.
Tanpa caci.
Dan tanpa air mata.

No comments:

Post a Comment